Garebeg Mulud Keraton Yogyakarta Bagikan 2.700 Rengginang

  • Whatsapp
Rengginang Garebeg
Pembagian rengginang di Kepatihan Yogyakarta. (Foto: Screenshot YouTube Paniradya Pati DIY)

Yogyakarta – Perayaan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW tahun 2021 di Keraton Yogyakarta, kembali digelar sederhana tanpa arak-arakan gunungan dan prajurit. Perayaan dilakukan dengan membagi-bagikan ubarampe rengginang pada Selasa, 19 Oktober 2021 atau 12 Mulud Alip 1955 di Bangsal Srimanganti, Keraton Yogyakarta.

Sejumlah 2.700 buah rengginang akan dibagikan ke tiga peruntukan, seperti halnya pelaksanaan Garebeg pada umumnya yakni Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Pura Pakualaman, dan Kompleks Kepatihan. Selain ubarampe rengginang, keraton juga membagikan uang logam dan beras sebagai simbol dari udhik-udhik yang biasanya dibagikan saat pelaksanaan rangkaian perayaan Mulud.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Mengenal Tari Srimpi Merak Kesimpir Keraton Yogyakarta Karya Sri Sultan HB VI

Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta, GKR Condrokirono menuturkan pelaksanaan Hajad Dalem peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW kali ini masih mengedepankan protokol kesehatan. “Hal ini dilakukan untuk menaati anjuran pemerintah sekaligus meminimalisir penyebaran Covid-19 di DIY,” katanya.

Oleh karenanya, pelaksanaan prosesi Garebeg disederhanakan dengan pembagian ubarampe saja. “Hal ini sudah dilakukan sejak pelaksanaan Garebeg Sawal tahun 2020 lalu atau masa-masa awal pandemi Covid-19,” tuturnya.

Baca Juga: Keraton Yogyakarta Memperingati 33 Tahun Wafat Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Gamelan Sekati yang biasanya dikeluarkan dari keraton dan ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe untuk dibunyikan selama satu minggu, saat ini tidak dilakukan. “Miyos Gangsa (keluarnya Gamelan Sekati dari keraton ke pagongan) dan Kondur Gangsa (kembalinya Gamelan Sekati dari pagongan ke keraton) termasuk udhik-udhik, tidak dilakukan, sama seperti tahun lalu,” katanya.

Putri kedua Ngarsa Dalem ini mengatakan, meski arak-arakan gunungan dan prajurit ditiadakan, esensi dari pelaksanaan Garebeg tidak hilang yaitu sebagai perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi yang dibagikan kepada rakyatnya. Hal ini adalah bentuk konsistensi keraton dalam melestarikan budaya dalam berbagai situasi. []

Related posts