BacaJogja – Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat sebanyak 88,99 persen anak berusia lima tahun ke atas mengakses internet untuk media sosial. Data tersebut termasuk mengerikan bagi generasi bangsa.
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengaku cemas denga data BPS tersebut. “Tidak semua media sosial aman dan baik. Di dalamnya ada ancaman yang serius, ancaman digital seperti serangan siber, kecanduan internet, dibuli,” ujar Sukamta saat menjadi narasumber Seminar Merajut Nusantara, Jumat, 15 April 2022.
Baca Juga: Waspada, Grup Facebook Info Merapi Diretas Jadi Grup Judi dan Mesum
Politikus PKS dari Dapil Yogyakarta ini mengutip survei RSCM tahun 2020 yang diketahui sebanyak 19,3 anak mengalami kecanduan internet. Kecanduan tersebut mungkin karena keteledoran orang tua. Dari pada anaknya rewel dan menangis, diberi gadget sebagai mainan agar tidak rewel.
Sukamta mengatakan, menurut dokter Kristina dari RSCM, anak yang mengalami kecanduan internet mengalami perubahan otak. Dampaknya menyebabkan sesorang sulit membuat keputusan, konsentrasi dan fokus. “Tentu ini membahayakan,” ujarnya.
Baca Juga: Penjelasan Kominfo soal Peringatan Pemblokiran oleh Tim Facebook
Menurut dia, seorang anak yang masih polos bisa tampil di sosmed yang kejam. Tidak sedikit dari mereka kemudian dibuli. “Sampai hari ini saya tidak merekomendasikan anak di bawah usia sepuluh tahun ditampilkan fotonya di internet. Anak-anak rentan dan rawan diselewengkan fotonya. Anak-anak yang masih polos itu tidak tahu dunia orang-orang dewasa,” jelas Sukamta.
Pada kesempatan itu, Dosen Fakultas Psikologi UGM Diana Setyawati mengaku prihatin melihat anak-anak bermain game sampai lupa waktu. Bermain game dari pagi sampai malam dan malas beribadah.
“Kecanduan game tidak hanya mengubah jiwa sosial. Namun dampaknya lainnya yakni anak-anak menjadi keras kepala, mudah emosi tetapi dan mengganggu konsentrasi belajar,” jelasnya.
Sementara Pakar Teknologi Komunikasi dan Informasi yang juga dosesn UI, Prof Kalamullah Ramli menyebutkan, merujuk data Februari 2022, penggunaan gadget atau ponsel di Asia Tenggara termasuk Indonesia terus meningkat. Di Indonesia banyak orang memiliki ponsel lebih dari satu.
Menutut dia, orang Indonesia rata-rata menggunakan ponsel lima jam sehari. “Sosmed hampir sembilan jam. Orang Indonesia sangat terikat dengan ponselnya,” ungkapnya. []