BacaJogja – Siapa yang tidak kenal minuman segar dawet? Pasti hampir semua orang mengenal apa itu dawet, minuman yang dibuat dari campuran gula aren atau gula jawa, santan, dan cendol. Minuman ini tak asing lagi di telinga kita.
Hampir di setiap daerah pasti ada dawet dengan banyak varian rasa dan harga. Harga yang dibanderol es dawet pada umumnya kisaran Rp3.000 – Rp7.000.
Nah, ada yang berbeda dengan Es dawet Legend Pak Slamet Sonosewu di daerah Kasihan Bantul Yogyakarta dengan es dawet lainya. Harga satu porsi es dawet hanya dibanderol dengan harga Rp2.000 saja. Tak heran jika setiap harinya Pak Slamet mampu menjual 500 porsi es dawet.
Baca Juga: Kue Leker Pak Sudirman, Jajanan Legendaris di Yogyakarta
Selain harga yang murah rasa dari es dawet ini dari dulu selalu konsisten tidak berubah sama sekali. Banyak pelanggan yang datang jauh-jauh dari luar daerah hanya untuk mencicipi es dawet legend satu ini.
Pria berumur 67 Tahun ini sudah 47 tahun menjalankan usaha dawet. Dia memulai usahanya pada 1975 di Kulon Progo, saat itu harganya hanya Rp25 untuk satu porsi dawet.
Lalu pada tahun 1982 memutuskan untuk pindah ke Kasihan tepatnya di Sonosewu untuk melanjutkan usaha dawetnya. Dia menggunakan gerobak keliling selama 10 tahun. Harga yang dibanderol saat itu yaitu Rp50 untuk satu porsi dawet.
Pak Slamet lalu memutuskan menetap di tempat yang saat ini berada, yakni di Jalan Sonosewu Nomor 84-145, Sonosewu, Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Saat ini harganya dibanderol Rp2.000 per porsi. Setiap hari berjualan mulai pukul 10.00 – pukul 13.30 WIB.
Baca Juga: Sempurna, Batagor Favorit dan Legendaris di Kota Yogyakarta
Bapak lima anak ini setiap harinya berjualan dengan ditemani istrinya, Ijah, 67 tahun. Dua anak masing-masing Yuni, 35 tahun dan Lastri, 38 tahun, juga turut membantu berjualan.
Dari hasil berjualan dawet selama 47 tahun ini, Pak Slamet mampu membesarkan lima anaknya. Hingga saat ini mereka sudah memiliki keluarga masing- masing.
Baca Juga: Gulai Sapi Pak Samin yang Legendaris, Ada Kemurahan Hati Warga Jogja
Pak Slamet enggan untuk beristirahat di hari tuanya dan masih ingin tetap meneruskan bisnisnya. Dia belum siap meninggalkan bisnis yang sudah dirintis dari nol.
Banyak sekali yang bisa menjadi pelajaran dari Pak Slamet ini. Salah satunya yaitu kegigihan dan ketekunan dalam membangun suatu usaha yang pastinya telah melewati fase jatuh bangun dalam perjalanannya. Namun dia tetap yakin dan memegang teguh prinsipnya, tidak takut kalah bersaing dengan dawet dawet lainya yang tampil secara moderen.
Usaha yang digelutinya semakin maju, semakin dikenal banyak orang dan unggul dari dawet dawet lainya.
Artikel dikirim oleh Nathalia Ellok Bp, Mahasiswi Prodi Public Relations ASMI Santa Maria Yogyakarta