Oleh Rivai Hutapea, SH, MSi, MKn *)
Jujur saja. Saya heran. Geleng-geleng kepala. Bahkan, tidak habis pikir. Kok bisa ya. Coba bayangkan. Sebuah jamaah kuliah Subuh di daerah Banjarnegara rela menginfakkan buah salak pondoh sebanyak 9 ton untuk diberikan secara gratis kepada peserta kampanye akbar terakhir AMIN di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (10/2).
Yang diinfakkan itu buah loh. Bisa dimakan. Bukan buah pajangan. Dan yang menginfakkan adalah warga jamaah kuliah Subuh. Warga biasa. Bukanlah pengusaha, apalagi pengusaha kelas kakap atau oligarki. Tempat tinggal mereka juga jauh. Di Banjar Kulon, Banjarnegara. Bukan di sekitar Jakarta. Pastinya lagi, memerlukan biaya untuk mengangkut 9 ton salak pondoh dari Banjarnegara menuju Jakarta. Luar biasa.
Baca Juga: Anies Baswedan Ajak Pendukung Ikut Live TikTok Jumat 2 Februari 2024
Sebelumnya, saya mendapat share video. Di video itu, pengurus PKS Wilayah Yogyakarta sedang melepas pasangan suami istri kader PKS bersepeda dari Yogyakarta menuju Jakarta. Video lainnya, ibu-bu berkonvoi motor dari Cilacap Barat menuju Jakarta. Untuk apa mereka naik sepeda dan konvoi motor ke Jakarta? Satu tujuannya. Mengikuti kampanye AMIN terakhir di JIS. Jarak dari Yogakarta ke Jakarta, bukan jarak yang dekat dan pendek. Juga butuh waktu sekitar 10-12 jam bila naik kereta. Pasangan suami istri kader PKS itu, naik sepeda dari Yogyakarta menuju Jakarta. Masya Allah.
Relagama AMIN (Relawan Alumni Universitas Gadjah Mada Pendukung AMIN), tak kalah uniknya. Mereka patungan mengumpulkan dana. Alhamdulillah, tersewa satu buah bus. Titik kumpul disepakati di Masjid Attin TMII pukul 04.00 WIB. Memakai jersey AMIN dengan ikat kepala merah putih. Mereka berangkat dan shalat Subuh di JIS. Relagama masih beruntung mendapatkan bus. Yang lainnya, malah nggak kebagian. Kalaupun ada, harganya selangit.
Baca Juga: Anies Baswedan Temui Sri Sultan HB X Bahas Cara Merawat Kebhinnekaan
Kabar dari teman, sejumlah tempat penginapan di sekitar JIS, penuh disewa warga, baik lokal maupun yang datang dari luar Jakarta. Mereka sengaja menyewa tempat agar dapat mengikuti kampanye AMIN dan masuk ke dalam JIS. Saya juga tidak ingin menyia-yiakan kesempatan yang langka dan mahal ini. Insya Allah, bersama warga Rawajati, Kalibata saya berangkat via bus menuju JIS.
Kabar yang saya dapat kampanye AMIN di JIS akan dihadiri lebih dari 10 juta jiwa. Diperkirakan jauh lebih banyak dari aksi 212 yang sempat fenomenal itu. Mengumpulkan sepuluh juta orang dalam satu waktu. Tidak pula ada yang menggerakan. Hadir dengan kesadaran sendiri. Menggunakan biaya sendiri. Bukanlah suatu yang mudah. Bahkan, tidak lazim.
Baca Juga: Doa dan Harapan Anies Baswedan untuk Megawati Soekarnoputri di Ulang Tahun ke-77
Kok tidak lazim? Iyalah. Jujur saja, lazimnya, terlebih lagi di zaman sulit seperti saat ini mengumpulkan orang tanpa diiming-imingi ongkos pulang atau amplop, rasa-rasanya mustahil terjadi. Orang tergerak untuk datang atau berkumpul karena ada dorongan mendapatkan uang atau ongkos pulang.
Kondisi ini paradog dengan kampanye AMIN selama ini. Kehadiran Anies, bak magnet yang menarik kehadiran massa. Di mana Anies-Muhaimin datang, massa yang hadir mengular dan membludak. Masyarakat terlihat sangat antusias menyambut kedatangannya di berbagai daerah yang ia kunjungi. Sosok Anies menjadi daya gerak yang mampu mendorong masyarakat untuk hadir menyambutnya.
Baca Juga: AniesBubble Viral, Mak-mak Iuran Pasang Videotron Anies Baswedan di Yogyakarta
Lantas, apa yang membuat Anies memiliki daya gerak dan daya dorong sedahsyat itu? Pertama, kapasitas dirinya sebagai pemimpin yang bukan abal-abal atau kaleng kaleng. Menjadi pemimpin berkualitas itu, bukanlah ujug-ujug jatuh dari langit begitu saja. Bukan pula warisan yang turun dari sang ayah. Pemimpin berbobot itu lahir dari proses dan penempaan yang Panjang. Dari proses panjang menjadi pemimpin itulah terlahir sosok pemimpin yang berintegritas, kapabilitas, berkualitas, berbobot dan matang dalam bersikap.
Integritas dan kapabilitas Anies sebagai pemimpin yang berkualitas, bukan siapan jempol atau kaleng-kaleng. Tapi terlihat nyata dari hasil dan karya besarnya selama menjadi Rektor Paramadina, Menteri Pendidikan dan Gubernur DKI Jakarta. Di bawah kepemimpinan Anies Jakarta, kota Jakarta menjadi kota yang bersahabat, unik dan istimewa. Warga Jakarta juga relatif tercukupi kebutuhan pokoknya, seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan lainnya.
Baca Juga: Anies Baswedan dan Fery Farhati Hadiri Dhaup Ageng Pakualaman Yogyakarta
Kedua, dalam kepemimpinannya Anies senantiasa berpegang pada nilai, etika dan tujuan keadilan. Di mata Anies, etika, adab, nilai atau apa pun istilahnya adalah yang utama. Pembangunan wajib dilakukan, namun semuanya didasari atas pengetahuan, ada ukurannya, mengacu pada nilai dan keadilan seluruh masyarakat. Sasaran pembangunan pada mayoritas masyarakat menengah ke bawah yang harus diangkat. Namun, tetap mengakomodir kepentingan kelas menengah ke atas. Dengan demikian pemerataan dan keadilan dapat terwujud.
Dalam sejarah, perubahan itu terjadi karena dua sebab yang menjadikannya. Sebab pertama kehadiran pemimpin yang memiliki integritas dan kapabilitas. Dan sebab kedua adalah kekuatan massa. Bila dua kekuatan perubahan ini bertemu dan menyatu, maka akan menghasilkan daya gerak dan dorong yang dahsyat. Bila itu terjadi, maka perubahan itu hanya tinggal menunggu waktu untuk terjadi. Semoga 14 Pebruari 2024 menjadi momentum dan tanggal terjadinya perubahan tersebut.[]
*) Alumni FH Universitas Gadjah Mada/Relawan Alumni Universitas Gadjah Mada AMIN (Relagama AMIN)