Jambore Anak Karangwaru Yogyakarta, Mengenalkan Lingkungan dan Seni Budaya Sejak Dini

  • Whatsapp
kain shibori
Kain Shibori dikenalkan pada Jamboe Anak Karangwaru. (Istimewa)

BacaJogja – Sekitar 150 anak mengikuti kegiatan Jambore Anak Karangwaru yang digagas oleh Jam Belajar Maysarakat (JBM) Kelurahan, Tegalreho, Kota Yogyakarta pada Sabtu, 22 Juni 2024. Kegiatan yang sudah rutin tahunan ini digelar setiap pada liburan kenaikan kelas.

Ketua panitia Jembore Anak Karangwaru Qurrota A’ Yuni mengatakan, peserta semua anak di Kelurahan Karangwaru yang terdiri dari 14 RW lima kampung. “Tahun ini merupakan gelaran yang kedua. Tahun pertama dulu diikuti 70 anak, kini 150 anak dengan usia dari kelas 5 SD sampai kelas 1 SMA,” katanya ditemui BacaJogja di lokasi acara, Sabtu, 22 Juni 2024.

Read More

Umroh liburan

Baca Juga: Dusun di Bantul Ini Selalu Menyenangkan Orang Tua, Ini Alasannya

Dia mengatakan, tujuan jambore anak ini untuk mengenalkan anak-anak tentang lingkungan Kelurahan Karanwaru, biar semua anak bisa saling mengenal. “Kita kenalkan juga bahwa di Karangwaru ada RTHP (Ruang Terbuka Hijau Publik) yang bisa digunakan untuk belajar dan bermain bersama,” ungkapnya.

Yuni, sapaan akrabnya, mengungkapkan, rangkaian kegiatan Jambore Anak Karangwaru antara lain materi pengenalan wilayah, dolanan anak berkelompok, susur sungai Kali Buntung, mengenalkan lagu dan tari Jawa, pengenalan keterampilan pembuatan kain Sibori, dan lainnya.

Materi Susur Sungai Kali Buntung ini bertujuan supaya anak-anak tahu bahwa sungai yang membelah Kelurahan Karangwaru dulu sangat kotor dan kumuh karena menjadi tempat pembuangan sampah. “Bahkan ada yang menyebut tempat pembuangan sampah terpanjang di dunia. Namun kini sudah bersih, setidaknya jauh lebih baik dibanding sebelumnya,” jelasnya.

Jambore anak
Sebanyak 150 peserta mengikuti Jambore Anak Karagwaru Yogyakarta. (stimewa)

Untuk materi lagu dan tari Jawa, peserta diundi untuk membawakan lagu seperti sluku-sluku batok. Sedangkan dolanan anak, agar lebih menarik maka dilombakan. “Ada lima macam dolanan anak yang dilombakan yakni kempyeng, dakon, sumbar suru, engklek, dan teklek.

Yuni mengatakan, Jambore Anak Karangwaru ada materi pengenalan pembuatan kain shibori, yakni kain yang dilipat dan diwarnai. Bedanya dengan batik tulis, terletak pada bahan dan cara pembuatannya. “Kalau batik tulis pakai malam dan canting, sedangkan kain sibori berbahan kain mori yang dilipat lalu diwarnai,” ungkapnya.

Menurut Yuni, kain Shibori dalam sejarahnya merupakan berasal dari Jepang. “Lalu kita adopsi. Di Karagwaru ini kita baru merintis menjadi sentral kain sibori. Kita menginginkan Karangwaru sebagai sentral pembuatan kain Shibori. Kebetulan sudah ada kelompok namanya Waru Craft,” jelasnya.

Baca Juga: Info Lengkap PPDB SMP Negeri di Yogyakarta: Kuota, Syarat, Alur Pendaftaran, hingga Proses Seleksi

Dia menjelaskan, pembuatan kain Shibori ini berbahan mori dan pewarna tekstil, bisa juga pakai pewarna alami, namun untuk saat ini pakai pewarna tekstil. “Kain Shibori dijamin tidak luntur, karena kita sudah punya tips agar tidak luntur warnanya,” tegasnya.

Kain Sibori dari Karangwaru ini sudah banyak produknya. Sebagian sudah dijual melalui bazaar-bazaar. “Untuk harganya sekitar Rp100 ribu, cukup untuk bahan baju orang dewasa,” katanya.

Bendahara Jambore Anak Karangwaru Sularmi mengatakan, kegiatan ini didanai dari dana kelurahan dan donatur. Dana dari donaur ini untuk pengadaan hadiah untuk dolanan anak yang dilombakan. “Peserta tidak dipugut biaya, bahkan mendapatkan beberapa faslitas,” katanya.

Baca Juga: Jadwal, Syarat Pendaftaran, Proses Seleksi PPDB SD di Yogyakarta

Dia mengatakan, hadiah dolanan anak mungkin tidak seberapa. Namun yang terpenting adalah partipasi masyarakat. “Hadiah seperti alat tulis sekolah, yang penting luar biasa tinggi dan semangatnya,” ungkapnya.

Jambore Anak Karangwaru digelar di beberapa tempat, salah satunya di Omah Sinau Masyarakat (Omsimas). “Omsimas ini dulunya Karangwaru Riverside dari BKM yag dapat dana bantuan untuk membersihkan dan merawat lingkungan sungai Kali Buntung,” ungkapnya.

Sularmi berharap Jambore Anak Karangwaru ini menjadi agenda tahunan Karangwaru. Sampai saat ini baru dua kali dan harapannya ke depan rutin digelar. “Kita juga ingin dikemas menjadi paket wisata. Wisatawan dari luar daerah juga melakukan jambore di sini,” pintanya. []

Related posts