BacaJogja – Baru-baru ini sebuah studi menemukan hampir sepertiga atau 31% dari populasi orang dewasa di dunia, yakni sebanyak 1,8 miliar orang dewasa tidak aktif secara fisik. Artinya mereka tidak memenuhi rekomendasi global untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama 150 menit per minggu.
Jika tren ini terus berlanjut, proporsi orang dewasa yang tidak memenuhi tingkat aktivitas fisik, akan meningkat menjadi 35% pada tahun 2030.
Baca Juga: Siapkan SIM dan Surat Kendaraan! Operasi Patuh Progo 15 hingga 28 Juli 2024
Fakta ini disampaikan oleh Dr. dr. Rachmah Laksmi Ambardini, M.Kes. dalam Workshop Peningkatan Aktivitas Jasmani dan Mengurangi Perilaku Sedenter pada Siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah di Amphitheater A Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, pada Rabu (10/7/2024).
Rachmah Laksmi Ambardini atau biasa disebut Dini merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam workshop tersebut Dini memaparkan materi dampak buruk perilaku sedenter terhadap kesehatan fisik, fungsi kognitif, dan kesehatan mental.
“Kurangnya aktivitas fisik merupakan kontribtor utama terhadap kelebihan berat badan dan kurangnya kebugaran fisik,” ungkap Dini.
Baca Juga: Membaca ala Budaya Tachiyomi Jepang Sebagai “Life Style”
Terdapat korelasi antara perilaku sedenter dan obesitas, terutama pada kelompok usia 6-11 tahun dan 12-19 tahun yang mengalami kenaikan tajam. Perilaku sedenter juga berdampak buruk pada postur tubuh.
“Perubahan postur tubuh yang buruk seperti perubahan postur kepala depan dan ketidakaktifan yang berkepanjangan menjadi alasan utama meningkatnya prevalensi nyeri punggung,” jelas Dini.
Baca Juga: Warga Gunungkidul di Jabodetabek Gelar Grebeg Sura 2024, Merawat Kebhinekaan Indonesia Lewat Budaya
Studi menunjukkan bahwa postur tubuh yang buruk membuat orang menjadi lebih takut, tidak ramah, gugup, dan lamban, ini berkaitan dengan kesehatan mental penderita. Berkaitan dengan fungsi kognitif, sebuah studi pada gamer muda telah menemukan bahwa beberapa jam bermain game yang intens dapat menguras kemampuan fungsi kognitif.
“Korteks prefrontal otak adalah pusat komando fungsi kognitif. Di sinilah otak mengeksekusi rencana, memusatkan perhatian, dan menerapkan disiplin diri,” jelas Dini. (IAF) []