Guntur Surya Alam
Founder Lekasehat/Dokter Spesialis Bedah Anak/Konsultan
Pada awal tahun 2025, terdapat peningkatan signifikan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang mencakup infeksi akibat Human Meta Pneumo Virus (HMPV). Laporan awal menyebutkan bahwa penyebaran virus ini dimulai dari Tiongkok dan meluas ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk mengulas karakteristik, diagnosis, dan langkah pencegahan HMPV secara rinci berdasarkan data ilmiah dan referensi pustaka terkini.
HMPV dan Faktor Penyebab Peningkatan Kasus ISPA
Peningkatan kejadian ISPA sering kali berkaitan dengan musim tertentu, seperti musim dingin, yang memfasilitasi penyebaran berbagai patogen pernapasan, termasuk influenza musiman, respiratory syncytial virus (RSV), dan HMPV. Menurut studi oleh van den Hoogen et al. (2001), HMPV pertama kali diidentifikasi sebagai virus yang terkait dengan infeksi saluran pernapasan akut pada manusia. Virus ini sering menyebabkan gejala ringan hingga sedang seperti:
• Batuk kering atau berdahak.
• Pilek atau hidung tersumbat.
• Demam ringan hingga tinggi.
• Sakit tenggorokan, sesak napas, dan kelelahan.
Baca Juga: Jadwal SIM Kulon Progo Januari 2025: Layanan Mudah untuk Perpanjangan SIM Anda
Meskipun sebagian besar infeksi HMPV bersifat self-limiting dan tidak memerlukan perawatan intensif, kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, serta individu dengan komorbiditas perlu mendapat perhatian khusus. Penularan HMPV serupa dengan virus pernapasan lainnya, yaitu melalui droplet dari percikan cairan saluran napas individu yang terinfeksi (Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2022).
Epidemiologi dan Pengawasan
Tiongkok menjadi salah satu negara yang secara rutin memantau patogen pernapasan, termasuk HMPV, melalui sistem pengawasan sentinel (China CDC Weekly, 2024). Laporan terbaru dari Tiongkok hingga akhir Desember 2024 menunjukkan peningkatan ISPA dengan penyebab dominan:
• Virus influenza musiman.
• Rhinovirus.
• Mycoplasma pneumoniae.
• HMPV.
Pengawasan yang baik di Tiongkok memungkinkan deteksi dini tren infeksi, sementara di Indonesia data pengawasan terhadap HMPV masih terbatas.
Diagnosis Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ISPA akibat HMPV dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan penunjang. Beberapa metode diagnostik meliputi:
1. Tes swab nasofaring menggunakan metode RT-PCR untuk mendeteksi RNA virus.
2. Pemeriksaan darah untuk menilai kadar antibodi atau tanda infeksi lainnya.
3. Rontgen dada jika dicurigai terdapat komplikasi seperti pneumonia.
Baca Juga: Pendaftaran CPNS SPPI 2025 Resmi Dibuka: Gaji hingga Rp 18 Juta dan Status ASN Menanti
Menurut studi oleh Boivin et al. (2003), RT-PCR memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi HMPV, terutama pada pasien dengan gejala parah.
Manajemen dan Pengobatan
Hingga saat ini, belum ada terapi antivirus atau vaksin spesifik untuk HMPV. Namun, pengelolaan gejala dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
• Penggunaan humidifier untuk membantu pernapasan.
• Konsumsi cairan hangat untuk mengurangi iritasi tenggorokan.
• Istirahat cukup untuk mendukung pemulihan daya tahan tubuh.
• Penggunaan obat simptomatik seperti acetaminophen atau ibuprofen untuk meredakan demam dan nyeri (Falsey et al., 2002).
Penting untuk memantau gejala secara intensif dan segera berkonsultasi dengan dokter jika terjadi perburukan, seperti sesak napas berat atau gejala pneumonia.
Baca Juga: Cek Tabel KUR BRI 2025: Plafon Rp50-500 Juta dengan Cicilan Ringan
Rekomendasi Pencegahan
Pencegahan penyebaran HMPV memerlukan pendekatan yang mirip dengan upaya pengendalian COVID-19, meliputi:
• Mencuci tangan dengan sabun secara rutin.
• Memakai masker jika merasa tidak sehat.
• Menjaga jarak untuk menghindari penularan droplet.
• Mematuhi protokol kesehatan 3M (Menjaga jarak, Mencuci tangan, Memakai masker).
Selain itu, masyarakat perlu menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan cukup istirahat untuk mendukung sistem imun.
Kesimpulan
Meskipun HMPV merupakan virus lama yang telah dikenal sejak tahun 2001, peningkatan kasus ISPA akibat virus ini perlu diwaspadai, terutama pada kelompok rentan. Tidak ada alasan untuk panik, karena sebagian besar kasus bersifat ringan dan dapat sembuh dengan perawatan sederhana. Sistem kesehatan di Indonesia perlu memperkuat pengawasan terhadap patogen pernapasan untuk deteksi dini dan mitigasi risiko. Dengan langkah pencegahan yang tepat dan edukasi yang baik, penyebaran HMPV dapat dikendalikan secara efektif.
Baca Juga: Waspada! Tautan Hoaks Cek Penerima Bansos Beredar, Ini Cara Resmi dari Kemensos
Referensi
1. Boivin, G., Abed, Y., & Pelletier, G. (2003). “Human Metapneumovirus Infections in Hospitalized Children.” Emerging Infectious Diseases, 9(6), 634–640.
2. Centers for Disease Control and Prevention. (2022). “Human Metapneumovirus (HMPV).” Retrieved from cdc.gov.
3. China CDC Weekly. (2024). “Weekly Surveillance Report on Respiratory Pathogens.”
4. Falsey, A. R., Erdman, D., Anderson, L. J., & Walsh, E. E. (2002). “Human Metapneumovirus Infections in Young and Elderly Adults.” Journal of Infectious Diseases, 185(10), 1338–1340.
5. van den Hoogen, B. G., de Jong, J. C., & Osterhaus, A. D. (2001). “A Newly Discovered Human Pneumovirus Isolated from Young Children with Respiratory Tract Disease.” Nature Medicine, 7(6), 719–724. []