BacaJogja – Forum Tanah Air (FTA) Korwil DIY menggelar diskusi bertema “Mengembalikan Marwah Yogyakarta Sebagai Kota Budaya, Kota Pelajar, Kota Perjuangan, dan Kota Wisata”. Acara yang berlangsung pada Sabtu, 25 Januari 2025, di Gedung PDHI Yogyakarta ini menghadirkan tiga panelis terkemuka: Prof. Dr. Ni’matul Huda, Prof. Dr. Muhammad Chirzin, dan tokoh masyarakat Yogyakarta, HM Syukri Fadholi.
HM Syukri Fadholi, salah satu panelis dalam diskusi ini, menegaskan bahwa FTA adalah lembaga kajian moral yang lahir empat tahun lalu sebagai respons atas memburuknya tatanan kehidupan bangsa. Menurutnya, aksi-aksi moral yang digagas harus diiringi dengan kebijakan yang memadai.
“Gerakan moral harus terus didorong. Namun, tanpa diiringi perda-perda yang memayungi, upaya ini akan sulit berhasil. Karena itu, kami terus menyuarakan perubahan demi mengembalikan marwah Yogyakarta,” tegasnya.
Baca Juga: Polisi Bongkar Kasus Pencurian di Indomaret Kulon Progo, Kerugian Rp69 Juta
Syukri juga menekankan bahwa perubahan harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari penegakan hukum hingga peningkatan kesadaran masyarakat terhadap ancaman seperti narkoba, kekerasan, dan miras yang merusak generasi muda.
Aktivis FTA Yogyakarta, Samiasih, mengungkapkan bahwa tema ini diangkat karena kondisi Yogyakarta yang kini dinilai telah mengalami banyak perubahan, bahkan cenderung menyimpang dari predikatnya sebagai kota pelajar dan kota budaya.
“Maraknya peredaran minuman keras (miras) menjadi salah satu masalah serius. Miras telah terbukti meningkatkan angka kejahatan, perkelahian, bahkan pembunuhan di Yogyakarta. Kami merasa prihatin dan ingin mengembalikan citra kota ini sebagai kota pendidikan dan budaya yang sebenarnya,” jelasnya.
Baca Juga: Perempuan 19 Tahun Asal Kulon Progo Dilaporkan Hilang, Ini Identitas dan Ciri-Cirinya
Rencana Diskusi Lanjutan
Dia mengatakan, FTA berencana mengadakan diskusi lanjutan dengan tema-tema yang tetap relevan dan berkesinambungan. “Diskusi ini akan diadakan secara kontinu, meski waktu pelaksanaannya tentatif, menyesuaikan kondisi dan isu-isu di masyarakat,” ujarnya.
Ancaman bagi Yogyakarta Sebagai Kota Pelajar
Ketua Korwil FTA DIY, Sarmidi, juga menyoroti ancaman yang dihadapi Yogyakarta, terutama sebagai kota pelajar. Ia menekankan, pembukaan kembali outlet miras yang sebelumnya ditutup, hiburan malam tanpa batas operasional, serta kos-kosan yang bebas aturan menjadi masalah besar yang harus segera diatasi.
Baca Juga: Rangkaian Event Peringatan Tingalan Jumenengan Dalem ke-36 Sri Sultan HB X
“Yogyakarta harus mampu menciptakan lingkungan yang edukatif. Setiap RT, misalnya, dapat membangun ruang belajar bersama sehingga kota ini menjadi seperti ‘Universitas Masyarakat Yogyakarta’ di mana setiap sudut kota bisa menjadi ruang belajar, khususnya bagi generasi muda,” tutur Sarmidi.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya musyawarah mufakat sebagai nilai khas masyarakat Yogyakarta. “Demokrasi tidak harus selalu melalui voting. Termasuk pemilihan gubernur di Yogyakarta, itu juga bagian dari demokrasi berbasis musyawarah mufakat yang menjadi ciri khas kita,” tambahnya.
Diskusi ini terbuka untuk masyarakat umum dan dihadiri oleh berbagai elemen, mulai dari mahasiswa hingga relawan dari berbagai latar belakang. Dalam waktu dekat, FTA berencana merumuskan hasil diskusi untuk disampaikan kepada Gubernur DIY melalui kepala dinas terkait agar dapat ditindaklanjuti demi kepentingan bersama.
Dengan tema yang terus berkembang dan diskusi berkesinambungan, FTA optimistis dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengembalikan citra Yogyakarta sebagai kota pelajar, budaya, perjuangan, dan wisata. []