Pentas Rebon 2025: Menyelami Harmoni Budaya Jawa di Taman Budaya Yogyakarta

  • Whatsapp
Pentas Rebon 2025
Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menghadirkan kemeriahan seni budaya Jawa melalui gelaran Pentas Rebon 2025 yang digelar di Concert Hall pada Rabu (26/2) malam. (Istimewa)

BacaJogja – Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menghadirkan kemeriahan seni budaya Jawa melalui gelaran Pentas Rebon 2025 yang digelar di Concert Hall pada Rabu (26/2) malam. Sekitar seribu penonton memenuhi ruangan, menyaksikan kolaborasi unik antara teater, dagelan Mataraman, dan ketoprak dalam sebuah sajian seni yang menggugah emosi.

Sesuai namanya, Rebon, pentas ini hanya digelar pada hari Rabu Wage dalam perhitungan kalender Jawa, atau setiap 40 hari sekali. Ajang ini juga menjadi bagian dari rangkaian perayaan Hari Jadi ke-270 DIY, yang puncaknya akan berlangsung pada 13 Maret 2025.

Read More

Baca Juga: Hari Ini! Kirab Siraman Petilasan Selo Gilanglipuro di Bantul, Jangan Sampai Ketinggalan

Keroncong Malam Pasar Kembang: Menyelami Realitas Sosial

Pentas dibuka oleh Teater Saka dari Kota Yogyakarta dengan pementasan berjudul Keroncong Malam Pasar Kembang, karya Badhoeri Dullah Joesro. Drama ini mengangkat realitas kehidupan di kompleks lokalisasi dengan berbagai problematika sosial yang menyertainya.

Cerita berpusat pada Sumedi, seorang calon penulis dan wartawan lepas yang menjadikan Pasar Kembang sebagai tempatnya berlatih menulis. Interaksinya dengan para penghuni kompleks tersebut membawanya pada pengalaman batin yang mendalam, hingga akhirnya ia mampu menuliskan kisah mereka dalam sebuah artikel yang memenangkan penghargaan dan menjadikannya tokoh pembaharuan masyarakat.

Baca Juga: Dramatis! Mobil Ayla Penuh Lubang Ditembak Polisi di Sleman, Terungkap Terlibat Kasus Penipuan

Kidung Sriwedari: Epik Ketoprak yang Menggetarkan

Setelah drama yang menyentuh hati, suasana berlanjut dengan pertunjukan ketoprak dari Kabupaten Sleman yang membawakan lakon Kidung Sriwedari, hasil karya Brian Riangga Dhita. Kisah ini menampilkan legenda Brambang Sumantri dan Sukrasana, dua bersaudara dengan jalan hidup yang bertolak belakang.

Sukrasana, sang adik yang buruk rupa tetapi berhati tulus, harus menghadapi kakaknya, Brambang Sumantri, yang tampan namun haus akan kehidupan duniawi. Kisah ini mengalir dengan begitu emosional, menggambarkan pengorbanan dan dilema moral yang begitu dekat dengan kehidupan nyata. Dengan alur yang menegangkan dan penuh kejutan, para penonton dibuat larut hingga akhir pertunjukan.

Baca Juga: Rekam Bus Klakson Telolet, Anak 13 Tahun di Bantul Diduga Diculik Orang Tak Dikenal

Harmoni Seni Tradisi yang Terjaga

Pentas Rebon 2025 tidak sekadar menghadirkan hiburan, tetapi juga menjadi ruang apresiasi budaya Jawa yang sarat makna. Perpaduan antara teater, dagelan, dan ketoprak dalam satu panggung membuktikan bahwa seni tradisi tetap memiliki tempat di hati masyarakat modern.

Dengan antusiasme tinggi dari penonton, gelaran ini sekali lagi menegaskan bahwa seni budaya Jawa terus hidup dan berkembang, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Yogyakarta. Para seniman yang terlibat pun berharap agar Pentas Rebon dapat terus eksis, memberikan panggung bagi para pelaku seni untuk menampilkan karya terbaik mereka.

Gelaran ini bukan sekadar pentas, melainkan perayaan budaya yang menghidupkan kembali warisan leluhur dalam balutan yang segar dan relevan dengan zaman. []

Related posts