Yogyakarta – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X memastikan Yogyakarta tidak jadi lockdown. Sebelumya wacana lockdwon digulirkan mengingat kasus corona di DIY terus melejit dalam sepekan terakhir.
Sri Sultan mengatakan, kebijakan tidak lockdown tersebut diambil berdasarkan rapat bersama para dokter rumah sakit serta bupati dan wali kota se-DIY pada Senin, 21 Juni 2021. “Nggak ada lockdown, saya nggak kuat ngragati rakyat sak Jogja,” katanya.
Baca Juga:
Raja Keraton Yogyakarta ini mengatakan, kebijakan lockdown merupakan pilihan terakhir saat semua kebijakan yang diambil tidak membuahkan hasil. Di sisi lain kebijakan tersebut juga perlu dukungan finansial yang kuat. “Saya sudah bilang lockdown tapi pemerintah tidak akan kuat. Di Yogyakarta tetap memakai kebijakan PPKM Mikro 15 juni 2021 yang sudah ditindaklanjuti bupati dan wali kota,” jelasnya.
Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X, mengungkapkan, jika menerapakan lockdown artinya semuanya tutup total. Orang jualan tidak ada, yang buka hanya apotek dan toko obat, yang lain tutup. “Pemerintah ganti duit untuk masyarakat, untuk makan. Pemerintah pusat kan juga keseimbangan ekonomi dan kesehatan,” ungkapnya.
“Saya sudah bilang lockdown tapi pemerintah tidak akan kuat”
Sultan HB X mengungkapkan, jika Yogyakarta di-lockdown, otomatis warga Yogyakarta tidak keluar rumah. Namun kebijakan itu tidak ada artinya jika orang luar daerah seperti Jakarta dan lainnya masuk Yogyakarta.
Ngarsa Dalem mengungkapkan, dalam kondisi kenaikan kasus corona di Yogyakarta seperti sekarang ini, bagaimana masyarakat semakin tumbuh kesadarannya. “Kita ingin membangun masyarakat tumbuh kesadaran, dengan kenaikan pandemi ini mau toleransi dengan orang lain,” ungkapnya.
Baca Juga:
Sultan menyakini warga Yogyakarta memiliki toleransi yang tinggi. “Saya yakin orang Jogja itu tidak ada yang tidak tahu tidak pakai masker. Dilarang berkerumun, cuci tangan pakai sabun, mosok wong Jogja do ora ngerti,” katanya.
Menurut Ngarsa Dalem, jika masih ada orang abai dengan protokol kesehatan, itu hanya bagian dari kesombongan seseorang. Menganggap Covid-19 nggak ada itu bagian dari kesombongan. Wong faktanya yang di rumah sakit banyak (pasien Covid-19) kok,” katanya.[]