Yogyakarta – Ririn Susanti dari prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi berhasil meraih indeks prestasi tertinggi untuk jenjang S1 yaitu 3,93. Dia sempat ragu kuliah, karena latar belakang keluarga yang sederhana. Berikut ceritanya.
Saat tamat SMP, nilai UN yang didapatnya cukup untuk masuk SMA Negeri. Namun, anak pasangan Bawon Saseno dan Wasiyah ini melilih SMKN 1 Godean program studi Akuntansi.
Saat kelas tiga SMK, guru-guru juga sering memberikan arahan melanjutkan pendidikan. Mereka mengatakan bahwa dia bisa masuk ke perguruan tinggi dengan beasiswa Bidikmisi.
Baca Juga:
Namun pada saat tahun kelulusannya, warga Klangkapan, Margoluwih, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman ini kurang beruntung. Dia tidak dapat menembus PTN yang diinginkannya melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN.
Ririn memutuskan bekerja pada salah satu perusahaan distributor di Yogyakarta. Setelah bekerja selama satu tahun sebagai staff accounting, Ririn melihat pengumuman pendaftaran SBMPTN dan semangatnya untuk melanjutkan studi timbul kembali.
Orang tuanya yang hanya berprofesi sebagai butuh tani menyetujui karena mereka sangat mengutamakan pendidikan bagi anaknya. Tentu orang tua berharap agar anaknya bisa sukses dibanding apa yang dialaminya.
Perempuan kelahiran Temanggung, 3 Juli 1998 ini kembali belajar secara otodidak. Setiap harinya meluangkan waktu belajar saat istirahat di kantor. Ririn bersyukur karena rekan kerja banyak memberikan dukungan. “Dengan hanya berbekal waktu yang singkat, saya mengikuti tes SBMPTN dan Ujian Masuk salah satu PTN di Yogyakarta,” katanya.
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, Ririn diterima di dua PTN di Yogyakarta melalui jalur SBMPTN dan Ujian Mandiri. Ririn memilih melanjutkan studi di Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNY melalui jalur SBMPTN.
Ririn mengatakan memilih kuliah di UNY juga tidak terlepas dari pengalaman menjadi delegasi lomba akuntansi saat masih di SMK. Lomba tersebut adalah Lomba Cerdas Cermat Akuntansi (LCCA) yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi UNY. Pengalaman saat bekerja juga menjadi penunjang saat belajar di bangku kuliah.
“Semoga akses pendidikan juga dapat dirasakan oleh semua kalangan hingga anak di pelosok negeri”
Ketika diminta dosen untuk mengerjakan tugas, Ririn tidak merasa kesulitan untuk mengaitkan teori dan praktik yang sebenarnya. Pembelajaran menjadi lebih mudah karena pernah mempraktikan secara nyata di lapangan.
Hal unik lain yang terjadi ketika Ririn mengetahui bahwa lawan sekolah saat SMK kini berkuliah di tempat yang sama. “Dan karena kami sering menjadi peserta lomba akuntansi saat SMK, kemudian teman saya mengusulkan agar kami membentuk sebuah tim lomba,” ungkapnya.
Kolaborasi rival yang bersatu menjadi partner pun berhasil membuahkan hasil. Mereka dapat memenangkan beberapa lomba akuntansi. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membangun kerja sama tim karena memang sejak SMK sudah sangat mengenal bagaimana seluk beluk dari lomba akuntansi.
Baca Juga:
Ririn mengatakan sebagai mahasiswa Bidikmisi sudah sepatutnya harus mempertahankan performa akademik dan juga berkontribusi positif dalam berbagai kegiatan di luar perkuliahan. IPK yang didapat adalah salah satu wujud dari tanggung jawab moral kepada negara yang telah membiayai studi serta aktif berorganisasi merupakan langkah untuk memberikan sumbangsih dan berkontribusi bagi lingkungan sekitar.
Dia berharap agar semakin banyak anak di Indonesia yang mampu melanjutkan studi sampai jenjang pendidikan tinggi melalui beasiswa Bidikmisi maupun beasiswa lainnya. “Semoga akses pendidikan juga dapat dirasakan oleh semua kalangan hingga anak di pelosok negeri,” ungkapnya.
Menurut Ririn, bagaimanapun pendidikan merupakan salah satu usaha yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menjadi generasi yang cerdas, unggul, dan berbudi luhur. []