Sleman – Merti Dusun sering disebut dengan saparan digelar satu tahun sekali di bulan Sapar. Merti dusun juga biasa disebut bersih desa. Kegiatan ini dilaksanakan warga desa sebagai wujud ucapan syukur kepada Sang Pencipta. Begitu juga dilakukan di Dusun Sumberan, Kalurahan Candibinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Dusun Sumberan, sebuah desa wisata yang memiliki tujuh mata air, salah satu destinasi wisata yaitu Toek Pitoe yang pada saat ini masih dalam proses penataan. Di dusun ini sampai kini masih eksis dengan tradisi merti dusun.
Baca Juga: Menelusuri Lebih Mendalam Jejak Gamelan di Yogyakarta
Pada tahun-tahun sebelumnya merti dusun dilaksanakan dengan meriah, seperti mengadakan pertunjukan seni jatilan, tarian-tarian, rebutan hasil bumi gunungan, dan berjalan mengelilingi dusun.
Tahun ini yang digelar 2 Oktober 2021, pelaksanaanya secara sederhana karena pandemi, warga Dusun Sumberan tetap melaksanakan dengan penuh rasa syukur. Kegiatan yang dilakukan dengan lebih sederhana yaitu kenduri, sembahyangan merti dusun, dan tahlilan.
Kegiatan yang dilakukan saat merti dusun memiliki tujuan yang sama yaitu bentuk ucapan syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan atas segala limpahan rezeki dan limpahan berkat serta permohonan agar tahun berikutnya menjadi tahun yang lebih baik.
Salah satu bentuk ucapan syukur tersebut, warga Desa Sumberan membuat dua gunungan dari hasil panen warga Sumberan seperti sayuran dan buah buahan dari hasil bumi. Walaupun saat ini sedang di masa pandemi, merti dusun tetap dilaksanakan karena meskipun sedang dilanda duka dan bencana serta banyak penderitaan di dalamnya pasti selalu ada hal yang pantas untuk disyukuri.
Baca Juga: 94 Tahun Paroki Boro Kalibawang Kulon Progo Menampilkan Seni Slaka
Dengan harapan semoga pandemi lekas berlalu, warga Desa Sumberan diberi kesehatan, ketentraman, rezeki yang melimpah, dijauhkan dari bencana, dan diberi tanah yang subur agar panen yang melimpah.
Merti dusun memiliki nilai-nilai luhur sekaligus momentum bagi warga dusun untuk meningkatkan kebersamaan sehingga acara tetap dilaksanakan hingga saat ini. Warga berharap merti dusun tetap dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya sebagai upaya melestarikan budaya leluhur agar tak hilang ditelan waktu. []
Artikel kiriman Lusiana Indah Lestari, Mahasiswi Prodi Public Relation ASMI Santa Maria Yogyakarta