Bahayakah Gempa Sesar Merbabu Merapi Telomoyo di Jawa Tengah?

  • Whatsapp
Daryono BMKG
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono. (Foto: Twitter)

Yogyakarta – Rentetan gempa bumi tektonik mengguncang di Salatiga, Banyubiru, Banyubiru dan Ambarawa sepanjang Sabtu, 23 Oktober 2021. Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) mencatat sepanjang Sabtu 23 Oktober 2021 tercatat 25 kali gempa secara beruntun.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan rentetan gempa tektonik tersebut diduga akibat sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu Merapi Telomoyo. Lantas bahayakah dampak gempa dari sesar tiga gunung tersebut?

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Penjelasan BMKG soal Gempa Guncang Barat Daya Gunungkidul Beruntun 21 Kali

Daryono mengatakan, rentetan gempa yang mengguncang Salatiga dan sejumlah daerah di Jawa Tengah ini termasuk aktivitas gempa swarm yang memang jarang terjadi. Jika kekuatan gempa swarm cukup signifikan dan guncangannya sering dirasakan, memang dapat meresahkan masyarakat.

“Namun, sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm tersebut memiliki struktur yang kuat,” kata Daryono melalui twitter pribadinya seperti yang dilihat BacaJogja pada Minggu, 24 Oktober 2021.

Menurut dia, fenomena gempa swarm sudah terjadi beberapa kali di Indonesia. Di antaranya di Klangon, Madiun, pada Juni 2015; Halmahera Barat pada Desember 2015; dan Mamasa, Sulawesi Barat, pada November 2018. “Gempa swarm di Sulawesi Barat sejak akhir November 2018 sampai sekarang masih berlangsung,” ungkapnya.

Baca Juga: Refleksi 15 Tahun di Tugu Episentrum Gempa Bumi Bantul 2006

Sebelumnya, Daryono menjelaskan, dalam catatan sejarah gempa kuat dan merusak di wilayah Salatiga dan sekitarnya pernah mengalami beberapa kali gempa signifikan, yaitu:
a. Gempa Semarang, Salatiga, dan Ambarawa pada 24 September 1849.
b. Gempa Banyubiru, Ambarawa, dan Ungaran pada 17 Juli 1865 di mana gempa ini menyebabkan rumah tembok retak.
c. Gempa Semarang, Ungaran, dan Ambarawa terjadi pada 22 Oktober 1865. Pada keesokan harinya pada 23 Oktober 1865 guncangan gempa kembali terjadi diikuti gemuruh.
d. Gempa Ungaran dan Ambarawa pada 22 April 1866, di mana gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok.
e. Gempa Salatiga, Ambarawa dan Ungaran terjadi pada 10 Oktober 1872 di mana guncangan gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok.
f. Gempa merusak terakhir adalah peristiwa Gempa Sumogawe, Getasan magnitudo M 2,7 pada 17 Februari 2014 dimana gempa ini merusak beberapa rumah diikuti suara dentuman keras.

Baca Juga: Tsunami Batavia 1883 dan Pemodelan Tsunami Jakarta Akibat Gempa di Zona Megathrust Selat Sunda

Daryono mengatakan, mengingat wilayah Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarwa berdekatan dengan sumber gempa sesar aktif, yaitu Sesar Merapi Merbabu dan Sesar Rawa Pening maka perlu untuk dilakukan edukasi mitigasi gempa bumi.

Mitigasi itu antara lain membangun bangunan tahan gempa atau ramah gempa, memahami cara selamat saat terjadi gempa, karena gempa kuat dapat terjadi kapan saja dari sumber gempa sesar aktif terdekat tersebut. []

Related posts