Bantul – Tentu sudah tidak asing dengan makanan lemper. Makanan tradisional ini merupakan terbuat dari ketan dan biasanya dibungkus dengan daun pisang.
Lemper dibuat menggunakan alat sederhana yaitu soblok bambu dan kukusan kuningan. Ketan dibumbui dengan kemiri, bawang merah, bawang putih dan serai. Semuanya dicampur dengan santan dan dimasak hingga air menghilang.
Ketan kemudian diisi dengan gebingan atau srundeng, dimasukkan ke gulungan daun pisang dan dipadatkan dengan pelepah pisang. Kemudian dikukus dengan menggunakan dandang kuningan dan soblok bambu.
Baca Juga: Sosok Bu Prapti, Penjual Buah Gayam Rebus yang Masih Eksis di Klaten
Nah, kebanggaan tersendiri bagi warga Bantul Projotamansari, Bantul, Yogyakarta. Pasalnya, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menetapkan Lemper Sanden sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia tahun 2021.
Sanden merupakan nama padukuhan yang berada di Kalurahan Murtigading, Kapanewon Sanden. Padukuhan Sanden ini sudah diresmikan sebagai Kampung Lemper oleh Bupati Suharsono pada masa itu.
Baca Juga: Mengenal Brongkos, Kuliner Khas Kegemaran Raja Keraton Yogyakarta
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, sejarah Lemper Sanden sangat terikat kuat dengan tradisi Majemukan yang ada bahkan sebelum Islam datang ke Sanden. Tradisi yang berhubungan dengan penyembahan Dewi Sri ini kemudian menjadi media ucapan rasa syukur yang diselenggrakan di masjid.
Dalam Majemukan, lemper menjadi simbol kerekatan persaudaraan sekaligus tuntunan ajaran Islam tentang baik buruk manusia yang tidak akan terlepas dari rukun iman dan rukun Islam.
Baca Juga: Khasiat Hebat Jamu Ginggang Yogyakarta, Resep dari Abdi Dalem Pakualaman Sejak 1950
Filosofi yang dikandung dari makanan lemper adalah tekstur dari lemper sendiri yang lengket mempunyai arti makna persaudaraan yang begitu erat. Selain itu filosofi dari lemper yang lengket adalah bisa mendatangkan rezeki bagi siapapun yang memakannya.
Lemper juga mempunya filosofi yang masih dipegang hingga saat ini “yen dilem ojo memper” yang artinya jangan tinggi hati ketika kita mendapat pujian.[]