Delegasi G20 Disambut Ladosan Dhahar Kembul Bujana, Jamuan Tradisi Keraton Yogyakarta

  • Whatsapp
Ladosan Dhahar Kembul Bujana
Delegasi G20 Kelompok Kerja Pendidikan disambut dengan Ladosan Dhahar Kembul Bujana, yang merupakan jamuan tradisi Keraton Yogyakarta. (Foto: Kemendikbud)

Yogyakarta – Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar dipilih sebagai tuan rumah pelaksanaan Pertemuan Pertama Kelompok Kerja Pendidikan G20 atau First Meeting of G20 Education Working Group (EdWG) 2022. Pertemuan berlangsung selama tiga hari, 16 – 18 Maret 2022.

Pada pertemuan hari pertama, para delegasi G20 EdWG menikmati jamuan makan malam ala bangsawan Keraton Yogyakarta yang disebut Ladosan Dhahar Kembul Bujana. Ladosan Dhahar Kembul Bujana adalah sebuah tradisi makan menyerupai tatanan fine dining yang mengadaptasi tradisi makan raja-raja Jawa di masa lampau.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Tanah dan Air Bumi Mataram Ikut Disatukan di Ibu Kota Nusantara Penajam Paser Utara

Ladosan Dhahar Kembul Bujana berarti jamuan makan bersama dengan pelayanan khusus. Tradisi makan ini melibatkan beberapa orang untuk memberikan layanan khusus pada anggota kerajaan. Para pramusajinya mengenakan pakaian adat yang identik dengan abdi dalem keraton.

Pramusaji perempuan mengenakan kemben dan kain jarik, sedangkan laki-laki mengenakan kemeja peranakan berbahan lurik, kain jarik, dan blangkon. Makanan dibawa oleh pramusaji dalam wadah kayu yang dipikul di pundak. Wadah kayu yang dikenal sebagai jodhang ini dibawa seorang punggawa yang berjalan di depan sambil memegang songsong atau payung kuning kerajaan.

Baca Juga: Sejarah dan Nama Ruang di Kompleks Kepatihan, Bangunan Milik Keraton Yogyakarta

Dengan mengadaptasi tradisi Ladosan Dhahar Kembul Bujana, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjamu para delegasi EdWG G20 dalam acara Welcoming Dinner pada Rabu malam, 16 Maret 2022.

Tradisi makan malam ini berlangsung di Bale Kambang, yang merupakan salah satu rumah peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang kini dijadikan museum.

Baca Juga: Peringati Kenaikan Takhta Sri Sultan HB X, Keraton Yogyakarta Gelar Jayapatra

Prosesi Ladosan Dhahar Kembul Bujana untuk para delegasi EdWG G20 diawali dengan parade oleh tujuh petugas perempuan dan laki-laki yang berjalan kaki dari dapur utama menuju Gadri atau Bale Kambang. Pembawa Jodhang dipimpin oleh seorang Bekel atau Cucuk Lampah, yang kemudian disusul oleh pembawa tembang di sebelah kiri, bersama empat petugas yang membawa Jodhang, dan terakhir pramusaji perempuan yang bertugas menyajikan hidangan di meja tamu.

Sebelumnya, para delegasi menyaksikan Tarian Srimpi Pandhelori yang diiringi musik Gendhing Pandhelori yang mempergunakan gamelan. Tarian tradisional ini biasanya ditampilkan hanya pada acara khusus di Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: Keraton Yogyakarta Gelar Labuhan Alit di Parangkusumo Bantul

Pilihan makanan dalam set menu Ladosan Dhahar Kembul Bujana dimulai dari makanan pembuka (appetizer) hingga makanan penutup (dessert) yang menjadi menu favorit para Sultan, mulai dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII hingga IX. Sebanyak 11 menu dihidangkan untuk para delegasi G20, yaitu Bir Jawa, Roti Jok Semur Ayam, Ledre Pisang, Salad Mentimun, Nasi Pandan Wangi, Dendeng Age, Sapitan Lidah, Zwaart Zuur (Bebek Asam Hitam), Lombok Kethok Sandung Lamur, Setup Pakis Taji, dan Rondo Topo dengan Saus Karamel.

Baca Juga:

Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Chair of G20 Education Working Group), Iwan Syahril mengatakan, melalui tradisi Ladosan Dhahar Kembul Bujana, ia berharap para delegasi bisa mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan selama berada di Yogyakarta. “Malam ini, kami ingin memperkenalkan Anda mengenai budaya dan tradisi berusia ratusan tahun yang diwujudkan dalam bentuk keramahtamahan, tarian, dan masakan,” tuturnya.

Iwan juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah mendukung pelaksanaan Pertemuan Pertama EdWG G20. []

Related posts