Yogyakarta – Jamuan makan malam untuk delegasi EdWG G20 juga dihadiri oleh Wakil Gubernur DI Yogyakarta (DIY), Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X. Selain itu, Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai Kota Pelajar, melainkan juga kerap disebut sebagai “The Heart of Java”.
Mewakili Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Wagub DIY mengatakan menyatunya pendidikan dengan budaya, pada akhirnya telah membentuk karakter masyarakat Yogyakarta yang ramah. Jika melihat kembali sejarahnya, Yogyakarta memang dibangun di atas nilai-nilai kebinekaan dan toleransi.
Baca Juga: Pendowoharjo Sewon Bantul, Pertama di Indonesia sebagai Desa Sadar Kerukunan
“Candi Prambanan menjadi saksi betapa nilai toleransi yang dijunjung tinggi antarpemeluk agama sejak peradaban masa lalu. Candi Prambanan merupakan candi Hindu, sedangkan Candi Sewu yang letaknya berdekatan merupakan tempat peribadatan umat Buddha,” ujar KGPAA Paku Alam X.
Beranjak ke zaman yang lebih kontemporer, lanjutnya, kawasan Kota Baru di Kota Yogyakarta menjadi simpul toleransi antara umat Islam dan Katolik, di mana Masjid Syuhada terletak bersebelahan dengan Gereja Katolik Santo Antonius Padua.
Baca Juga: Empat Candi di Yogyakarta dan Jateng Disepakati Jadi Tempat Ibadah Dunia
KGPAA Paku Alam X menuturkan, kedua entitas agama tersebut dapat hidup rukun, mewarnai, dan memantapkan budaya toleransi Yogyakarta saat ini. “Kita tentu harus sepakat sejak awal bahwa pendidikan harus dirancang untuk menghargai perbedaan karena pada akhirnya toleransilah yang akan mengangkat derajat kemanusiaan kita ke tingkat yang lebih tinggi. Visi tersebut sejalan dengan apa yang pernah dikatakan Hellen Keller, the highest result of education is tolerance,” tuturnya.
Ia berharap forum EdWG G20 dapat memberikan inspirasi bagi perkembangan dunia pendidikan melalui kerja sama negara-negara anggota G20. “Saya yakin semua peserta dipenuhi dengan semangat dalam berbagi pemikiran dan ide cemerlang untuk memajukan pendidikan global,” ujarnya. []