Mengenal Ki Ageng Wonolelo dan Tradisi Saparan di Sleman Yogyakarta

  • Whatsapp
Saparan Ki Ageng Wonolelo
Acara pembukaan tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo di Sleman Yogyakarta (Foto: Facebook/GKR Hemas)

BacaJogja – Tradisi Saparan dan Kirap Pusaka Ki Ageng Wonolelo merupakan salah satu warisan budaya di Yogyakarta. Ki Ageng Wonolelo yang bernama asli Ki Jumadi Geno, merupakan keturunan Prabu Brawijaya V yang sangat berjasa terhadap Kerajaan Mataram.

Hal itu diungkapkan Gusti Kangjeng Ratu (GKR) Hemas saat membuka secara resmi Saparan Ki Ageng Wonolelo Ke-55 pada Jumat, 26 Agustus 2022 malam. Upacara pembukaan berlangsung di Halaman Masjid Ki Ageng Wonolelo, Pondok Wonolelo, Widodomartani, Kapanewon Ngemplak.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Info Konser di Jogja September 2022: Ada Jamrud, Edane, Shaggydog hingga NdarBoy Genk

Perayaan Saparan Ki Ageng Wonolelo akan berlangsung selama 14 hari. Terhitung sejak 26 Agustus hingga 10 September 2022. Agenda setiap hari berupa pengajian, pentas seni dan budaya secara bergantian meliputi Festival Apem, pentas Jathilan, kethoprak, macapat, kesenian kreasi anak, kesenian religius Badui dan Hadroh, karawitan hingga band dan bangndut.

Puncak acara berupa kirap pusaka dengan bregada Jumat 9 September 2022. Kirab pusaka merupakan peninggalan Ki Ageng Wonolelo.

Baca Juga: Daftar Event di Yogyakarta selama September 2022, Ada Sekaten hingga Konser Musik

Lebih lanjut GKR Hemas mengatakan, Ki Ageng Wonolelo bisa memastikan Sriwijaya tetap bagian dari Mataram. Pada saat itu, Ki Ageng Wonolelo diutus ke Sumatra untuk melihat Sriwijaya di Palembang yang kelihatanya akan melepaskan diri dari Mataram.

Permaisuri Keraton Yogyakarta ini mengungkapkan, Ilmu kebatinan Ki Ageng Wonolelo sangat tinggi. Demikian pula jasanya sehingga saat ini masih tetap memperingati dengan melakukan kirab pusaka peninggalanya yang berupa Alquran, Baju Ontokesumo, kopyah dan tongkat potongan kayu mustaka masjid dan segala jenis rerangkaianya.

Baca Juga: Saksikan Atraksi Warisan Budaya Tak Benda di Trirenggo Bantul

Gusti Ratu mengatakan, tradisi Islam di Yogyakarta sudah ada sejak zaman dulu. Ajaran Islam adalah ajaran yang sempurna. “sesungguhnya warisan tradisi agama Islam di Yogyakarta sudah sempurna untuk masyarakat dan budaya Ngayogyakarto Hadiningrat,” ujar GKR Hemas.

Sekretaris Dinas Cahyo Widayat menyatakan, upacara adat tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda sejak 2018. Upacara Adat Tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo merupakan niti laku Ki Ageng Wonolelo dalam menyebarkan ajaran luhur dan keutamaan.

Baca Juga: Jangan Lupa, Nanti Malam Konser Kamardikan Yogyakarta Royal Orchestra

Untuk itu, ke depan harus diupayakan lebih baik dan tertata yang memberikan nilai lebih bagi masyarakat. “Nilai lebih yang diharapkan adalah peningkatan nilai keimanan, peingkatan peran pemberdayaan ekonomi terlebih bagi UMKM, Peningkatan gotong royong dan Kesejahteraan masyarakat,” jelasnya. (Media Center Sleman)

Related posts