BacaJogja – Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2022 resmi dibuka di Teras Malioboro 1 tadi malam. Pembukaan berlangsung meriah dengan menampilkan tarian kolosal komunitas seni dari Kulon Progo, Gunugkidul, Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, FKY sudah seharusnya tidak hanya dijadikan agenda rutin tahunan saja. FKY harus bisa memberi kesinambungan kualitatif festival yang harus selalu ditingkatkan gayutnya dengan perluasan berbagai dimensinya.
Baca Juga: Detail Visi Misi, Kegiatan dan Lokasi Event Festival Kebudayaan Yogyakarta 2022
“Dengan begitu, festival memiliki greget bagi pengembangan seni dan budaya, maujud dalam pencapaian karya budaya yang apresiatif, berbekal dua kata kunci inovasi dan kreasi,” kata Sri Sultan saat membuka FKY 2022.
Raja Keraton Yogyakarta ini mengungkapkan, inovasi dan kreasi menjadi kunci karena menjadi proses penciptaan gagasan menjadi wahana menjawab permasalahan di masa depan. “Inovasi dan kreasi kultural merupakan sebuah keharusan, karena nilai budaya harus selalu disegarkan maknanya, agar tidak sekedar menjadi simbol atau malah tersingkir karena dianggap kadaluarsa,” jelasnya.
Baca Juga: Jadwal dan Rangkaian Acara FKY “Merekah Ruah” 12-25 September 2022
Menurut Sri Sultan, FKY bisa dijadikan sebagai melting pot antara kaum minoritas kreatif dengan masyarakat dalam mentransformasi budaya menuju level masyarakat yang mayoritas kreatif. FKY juga menjadi ajang merayakan keberdayaan warga masyarakat dalam mengapresiasi budaya.
“Sejatinya budaya adalah strategi bertahan hidup untuk menang. Inti dari kebudayaan bukan budaya itu sendiri, tetapi strategi kebudayaannya,” jelasnya.
Baca Juga: Daftar Event di Yogyakarta selama September 2022, Ada Sekaten hingga Konser Musik
Pembukaan FKY ditandai dengan penampilan tarian kolosal Sasaji Amarta. Tari berlatar Bumi Amarta yang terbagi lima wilayah ini memiliki makna semua wilayah subur, makmur, dan masyarakatnya hidup rukun berdampingan meski terpisah. Ritual tradisi sebagai sarana syukur masyarakat Bumi Amarta kepada Sang Hyang Widhi.
Tarian karya Baron Setiaji, Galuh Putri Satyarini dan Andhy Setiawan ini ditampilkan penari dari sanggar di lima kabupaten/kota seperti Pendapa Budaya dan Satria Aji (Bantul), Krincing Manis Dance Studio (Sleman), Sanggar Sripanglaras (Kulon Progo), Sanggar Kendhalisada (Gunungkidul) serta Sanggar Ngelancur (Kota Yogyakarta).
FKY Menjadi Contoh Festival Lain di Indonesia
Kepala Dinas Kebudayaan (Kudha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, FKY yang mengusung visi pencatatan kebudayaan dan dengan judul merekah ruah ini berbagai kebudayaan yang direkam tahun ini menjadi gambaran atas keberdayaan warga Yogyakarta dalam mengelola air dan tanah, baik secara harafiah maupun simbolis.
Baca Juga: Menelusuri Lebih Mendalam Jejak Gamelan di Yogyakarta
Menurut dia, FKY masih menjadi pekerjaan rumah bersama, terutama agar bisa membuat semua yang terlibat dapat saling terintegrasi, bersinergi dan memberikan dampak nyata. FKY diharapkan menunmbuhkan kesadaran masyarakat tentang kebudayaan dapat terus hidup dan tumbuh.
“FKY telah menjadi percontohan bagi berbagai festival kebudayaan lainnya di Indonesia. Terutama dalam menciptakan sebuah ruang ekspresi kebudayaan bagi masyarakat,” ungkapnya. []