BacaJogja – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, pemanfaatan dana keistimewaan (Danais) atau APBD bukan lagi untuk program padat karya seperti jalan dan lingkungan, melainkan memberikan kesempatan pemberdayaan masyarakat desa.
“Beri kesempatan mereka untuk membuat koperasi. Orang miskin saja bisa dibantu, masa yang pengangguran tidak bisa. Misalnya biaya sewa selama empat tahun menyewa kas desa, dibayar danais karena ini dagang. Nanti selama empat tahun dibayari kelompok itu sendiri sehingga dana yang tadinya empat tahun bisa untuk orang lain,” katanya saat kunjungan di Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Senin, 14 November 2022.
Baca Juga: Sri Sultan: Keistimewaan DIY, Kalurahan Jadi Ujung Depan Pemberantasan Kemiskinan
Kunjungan di Cangkringan ini antara lain menebar dan memanen udang galah Sijawa (Produksi Jogja Istimewa), meresmikan Pasar Tradisional Perikanan Cangkringan serta berdialog dengan warga.
Ngarsa Dalem mengatakan, antara pemerintah dan masyarakat harus tercipta sinergi yang baik guna tercapainya peningkatan taraf hidup masyarakat. “Kewajiban pemerintah itu mendorong, mendampingi kemandirian masyarakat. Kalau masyarakatnya sudah mandiri ya sudah, namun selama belum mandiri ya kami bantu,” tambah Sri Sultan.
Baca Juga: Penampakan Desain Bangunan yang Bakal Jadi Ikon Yogyakarta di Malioboro
Raja Keraton Yogyakarta ini berharap, iklim pemberdayaan warga perikanan dapat berjalan berkesinambungan. “Kalau memperbanyak induk otomatis akan punya konsekuensi lebih besar lagi untuk menghasilkan pembibitan bagi masyarakat yang kecenderungannya cukup pembibitan saja. Namun nantinya siapa yang harus beli dan memperdagangkan. Modalnya otomatis akan semakin besar ya pembibitan dan pembesaran sekaligus. Tapi kalau ini menjadi bagian darri engembangan pemberdayaan masyarakat itu soal lain,” terang Sri Sultan.
Sebagai sentra produsen ikan, Sri Sultan juga sangat mendorong terciptanya peningkatan perekonomian dengan didirikannya pusat usaha seperti rumah makan. “Ada tempat yang bisa melayani mancing di sini, beli ikan di sini dan dimakan di sini,” jelas Ngarsa Dalem.
Baca Juga: Pengembangan Desa Wisata Green Kayen Sleman dengan Padat Karya Rp175 Juta
Namun demikian, sebaiknya varian usaha dapat diperluas tak hanya rumah makan saja, melainkan juga memanfaatkan hasil bumi yang lain seperti sayur yang dapat membuat produk lebih menarik.
Menurut Sri Sultan, kemasan produk harus diolah sebaik-baiknya agar dapat menjadi salah satu komoditi unggulan yang ditawarkan kepada wisatawan. “Yang namanya melancong wisata itu pasti duwe dhuit (punya uang), jadi kesempatan agar mereka membelanjakan uangnya di sini. Sehingga ini kan bisa berdampak pada ekonomi,” harap Ngarsa Dalem. []