BacaJogja – Gatot dan tiwul merupakan salah satu makanan khas dari Gunungkidul Yogyakarta. Hingga kini, jajanan tradisional ini masih menjadi makanan bagi semua kalangan.
Jajanan tempo dulu ini nyatanya mampu menarik banyak orang. Banyak juga bagi mereka yang belum mengenalnya memburu jajanan ini.
Baca Juga: Gulali Jadul Gerobak Pikul, Jajanan Khas di Pasar Beringharjo Yogyakarta
Di Yogyakarta masih banyak yang menjualnya. Salah satunya Mbah Welas yang membuka lapak jajanannya di kawasan Pasar Senen yang beralamat di Jalan Jogonegaran, Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
Dia yang menempati rumah di Jalan Godean berangkat dari rumahnya pukul 06.00 WIB menuju Pasar Senen.
Baca Juga: Semangat Pak Hasim, 20 Tahun Jualan Telur Puyuh Dadar Keliling di Yogyakarta
Mbah Welas sudah 40 tahun menjual kuliner berbahan dasar ketela ini. Dengan kata lain, Mbah Welas berjualan saat sebelum menikah hingga saat ini memiliki tiga anak dan cucu.
Selain gatot dan tiwul, Mbah Welas juga menjajakan kuliner tradisional lainnya seperti cenil, ketan, lupis, dan getuk.
Baca Juga: Kisah Mbah Kalim, Penjual Kue Coro Bikang di Yogyakarta
Cenil adalah jajanan tradisional dengan cita rasa manis bercampur taburan kelapa parut yang gurih. Bahan dasar cenil adalah tepung sagu atau pati dari singkong. Teksturnya kenyal dengan warna merah, putih atau hijau.
Jika ada pembeli, jajanan ini dibungkus dengan daun pisang. Sehingga semakin memberikan efek aroma khas yang natural. Sebungkus gatot tiwul Mbah Welas masing-masing dihargai Rp 3.000, harga yang cukup murah meriah. []
Artikel ditulis oleh Junitaputri, Mahasiswi Prodi Public Relations ASMI Santa Maria Yogyakarta