BacaJogja – Keraton Yogyakarta kembali menggelar Hajad Dalem Garebeg Sawal Ehe 1956. Pada perayaan kali ini digelar sebagaimana mestinya dengan arak-arakan bregada prajurit dan Gunungan. Acara digelar Sabtu, 22 April 2023 atau 1 Sawal Ehe 1956 mulai pukul 10.00 WIB.
Adapun rangkaian hajad dalem Keraton Yogyakarta pada perayaan IdulFitri 2023 sebagai berikut:
1. Rabu, 19 April 2023/28 Pasa Ehe 1956
Numplak Wajik di Panti Pareden
Lokasi: Kompleks Magangan Keraton Yogyakarta Pukul 15.00 WIB/bakda asar
Baca Juga: Rangkaian Hajad Dalem Keraton Yogyakarta Labuhan Merapi 21-22 Februari 2023
2. Kamis, 20 April 2023/29 Pasa Ehe 1956
Gladi Bersih Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta
Lokasi: Mulai dari Pelataran Kamandungan Kidul (mengikuti rute Garebeg Sawal) Pukul 15.30 WIB-selesai
3. Sabtu, 22 April 2023/1 Sawal Ehe 1956
Hajad Dalem Garebeg Sawal
Lokasi: Keraton-Kagungan Dalem Masjid Gedhe (Pura Pakulaman dan Kepatihan) Pukul 10.00 WIB
4. Sabtu, 22 April 2023/1 Sawal Ehe 1956
Ringgitan Bedhol Songsong lakon “Jumenengan Prabu Kresna” Lokasi:Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran
Pukul 20.00 WIB-selesai
Live streaming: Youtube Kraton Jogja
Baca Juga: Daftar Event Hajad Dalem Keraton Yogyakarta pada Februari 2023
Penghageng KHP Parasraya Budaya Keraton Yogyakarta GKR Maduretno mengatakan, semua agenda di atas bersifat terbuka dan dapat disaksikan oleh umum serta disiarkan melalui Instagram live @kratonjogja dan live streaming Youtube Kraton Jogja.
Sementara, agenda Hajad Dalem Ngabekten yang dilakukan selama dua hari pada Sabtu dan Minggu, 22-23 April 2023 bersifat tertutup. Ngabekten sendiri adalah tradisi sungkeman di Keraton Yogyakarta, sebagaimana masyarakat muslim pada umumnya saat merayakan Idulfitri. Ngabekten akan diikuti kepala daerah kabupaten/kota, Sentana Dalem/kerabat, dan para Abdi Dalem.
Baca Juga: Jadwal Kajian Sekaten Keraton Yogyakarta 2022 di Masjid Gedhe Kauman
Makna dan Jenis Gunungan Garebeg Sawal yang Dibagikan
Wakil Penghageng KHP Widya Budaya KRT Rinta Iswara mengatakan, terdapat lima jenis gunungan yang dibagikan pada prosesi pelaksanaan Garebeg Sawal. Kelima jenis itu adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan. “Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai urutan tadi,” ungkapnya seperti dikutip dari laman KratonJogja, Selasa, 18 April 2023.
Dia mengatakan, ada tiga Gunungan Kakung, peruntukannya masing-masing untuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Sementara yang lainnya masing-masing berjumlah satu buah dan ikut dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.
Baca Juga: Rute Iring-iringan Bregada Miyos dan Kondur Gangsa Sekaten Keraton Yogyakarta
Ia menambahkan, sejatinya Garebeg itu sendiri merupakan salah satu upacara yang hingga saat ini rutin dilaksanakan oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kata Garebeg, berasal dari Bahasa Jawa memiliki arti berjalan bersama-sama di belakang Ngarsa Dalem atau orang yang dipandang seperti Ngarsa Dalem.
Menurut dia, Garebeg yang dilakukan di Keraton adalah Hajad Dalem, sebuah upacara budaya yang diselenggarakan oleh Keraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam yakni Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Pasar Malam dan Tradisi Sekaten Keraton Yogyakarta
Dalam pendapat lain dikatakan bahwa Garebeg atau yang umumnya disebut “Grebeg” berasal dari kata “gumrebeg”, mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.
Dia menjelaskan, gunungan merupakan perwujudan kemakmuran Keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya. “Jadi makna Garebeg Sawal secara singkatnya adalah perwujudan rasa syukur (mangayubagya) akan datangnya Idulfitri, yang diwujudkan dengan memberikan rezeki pada masyarakat melalui ubarampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram,” pungkasnya. []