Pasar Malam dan Tradisi Sekaten Keraton Yogyakarta

  • Whatsapp
Tradisi pasar malam Sekaten
Tradisi Sekaten tahun 2018 yang merupakan terakhir digelar di Alun-alun Utara Yogyakarta. (Foto: Antara)

BacaJogja – Tradisi sekaten Keraton Yogyakarta sejak 2018 sudah tidak lagi digelar di Alun-alun Utara Yogyakarta. Pada 2019 sekaten digelar di Masjid Gede menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Sebagai ganti pasar malam, maka Keraton Yogyakarta menggelar Pameran “Sri Sultan Hamengku Buwono I ” (Pangeran Mangkubumi) selama perayaan Hajad Dalem Sekaten pada tanggal 1-9 November 2019 di Bangsal Pagelaran dan Kompleks Sitihinggil.

Read More

Umroh liburan

Baca Juga: Daftar Event di Yogyakarta selama September 2022, Ada Sekaten hingga Konser Musik

Perayaan Sekaten diharapkan dapat lebih diisi dengan kegiatan untuk menguatkan tradisi yang dipelopori para Wali dalam menyebarkan Islam melalui budaya dan kearifan lokal.

Sejak saat itu, sekaten tidak digelar di Alun-alun Utara. Sebab lain pada saat itu juga bersamaan dengan pagebluk Covid-19. Pemkot Yogyakarta pernah berinisiatif menggelar Sekaten dalam bentuk lain, yakni Sekati YK ing Mal. Seketan yang digelar 13- 17 Oktober 2021 ini dihelat di tiga mal sekaligus yakni Malioboro Mall, Galeria Mall, dan Lippo Plaza.

Baca Juga: Suasana Sekaten di Malioboro Mall Yogyakarta

Beredar informasi pada 2022 ini, sekaten kembali digelar. Perhelatannya tidak di Alun-alun Utara Yogyakarta atau mal. Pasar Rakyat Sekaten Jogja 2022 akan digelar Eks Kampus STIE Kerja Sama Jalan Parangtritis, Yogyakarta selama sebulan penuh, dari 16 September hingga 16 Oktober 2022.

Rangakaian acaranya hamooir sama layaknya Sekaten yang selama ini digelar. Acara diisi dengan live streaming Miyos Gongso sampai Kondur Gongso, pameran otomotif, UMKM, kuliner hingga wahana rekreasi dan lainnya.

Menengok Sejarah Sekaten

Sekaten merupakan tradisi sejak Kerajaan Demak yang diteruskan Pajang lalu Mataram Islam. Tradisi ini sudah ratusan tahun berjalan. Sekaten digelar untuk mensyiarkan Islam (syahadatain) dipusatkan di Masjid Gedhe Kauman.

Baca Juga: Sejarah Alun-alun Utara Yogyakarta dan Makna 64 Pohon Beringin

Penambahan acara pasar malam dilakukan kolonial Belanda dengan menambahkan unsur bisnis dalam acara sekaten, yaitu dilakukan pameran pembangunan. Lalu dihadirkan pengusaha makanan, hiburan dan sebagainya.

Salah satu pameran pembnagunan paling awal dilakukan di Alun-alun Utara Yogyakarta sekitar 1925-an yaitu Pameran Industri atau de eerste nijverheidstentoonstelling in Yogyakarta dan diteruskan di tahun-tahun selanjutnya.

Baca Juga: Gebyar Bantul Creative Expo 2022, Warganet: Sampahnya Banyak Banget

Pameran Industri Kerajinan digelar dari 24 sampai 30 September 1925 dan bisa sukses. Selain produk tenun, batik, pembuatan tali, anyaman, ukiran kayu, pembuatan gerabah dan minyak kacang, juga ditampilkan hasil pendidikan kriya para penyandang tuna netra.

pasar rakyat sekaten
Pasar rakyat Sekaten Jogja 2022. (Foto: Istimewa)

Cikal bakal pasar malam sekaten sudah terlihat, yaitu adanya dremolen/dermolen alias bianglala/kincir ria (kelihatan di kejauhan). Dremolen ini dari kata belanda “draaimolen” yang artinya komidi putar (kuda putar) atau bahasa Inggrisnya “merry go round”. Sedangkan kalau bianglala/kincir ria adalah “reuzenrad” (belanda) atau “ferris wheel” (english).

Baca Juga: Bregada Rakyat Malioboro Menjadikan Jogja Semakin Istimewa

Pasar malam saat sekaten memang merupakan perayaan yang relatif baru. Kesuksesan pameran industri mengilhami pasar malam. Selanjutnya stand pameran masih ada tapi yang lebih dominan berganti dengan stand dagangan, ombak banyu, tong setan, rumah hantu dan panggung dangdut.

Konon Strategi Belanda Memecah Perhatian Masyarakat

Ada cerita, pasar malam ini memang keinginan Belanda memecah perhatian masyarakat agar tidak terlalu terpusat ke sekaten di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Saat sekaten dulu memang berisi syiar Islam dan kadang ada anjuran mbalelo terhadap belanda.

Acara pasar malam terus berlanjut hingga Jepang datang. Kemudian berhenti. Baru pada masa Wali Kota Yogyakarta yang pertama pada 1947, Sultan HB IX merestui kembali usulan perlaksanaan pasar malam dalam Sekaten.

Baca Juga: Festival Ahli Gambar Para Sungging dengan Karya Menakjubkan di ISI Yogyakarta

Demikian pasar malam kemudian kembali digelar setiap tahun. Namun saat agresi ke II 1948, Belanda menyerang Yogyakarta sebagai ibu kota RI, acara sekaten terhenti lagi.

Pada tahun 1956, untuk pertama kali diselenggarakan Pasar Malam internasional Sekaten, untuk memperingati dua abad berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Saat itu, Wakil Presiden Muhammad Hatta bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB IX berjalan dari Gedung Agung ke Alun-alun Utara Yogyakarta tempat dilangsungkan Pasar Malam sekaligus Sekaten. Saat itu Oktober 1956, merupakan peringatan 200 tahun Kota Yogyakarta, yaitu pindahnya Sultan HB I dari Pesanggrahan Ambar Ketawang ke Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: Info Konser di Jogja September 2022: Ada Jamrud, Edane, Shaggydog hingga NdarBoy Genk

Pasar malam ini diisi dengan pameran pembangunan. Stand pameran dari departemen maupun perusahaan swasta memamerkan berbagai keunggulan dan kemajuan yang dicapai. Sejak saat itu, Sekaten terus digelar di Alun-alun Utara Yogyakarta hingga 2018. Pada 2019 Sekaten digelar di Halaman Masjid Kauman.

Akibat pagebluk corona, sekaten tidak digelar. Pada 2021 saat masih pandemi, Pemkor Yogyakarta menggelar Sekaten dengan Sekati YK ing Mal di Malioboro Mall, Galeria Mall, dan Lippo Plaza. Tahun 2022 ini, rencananya Sekaten digelar Eks Kampus STIE Kerja Sama Jalan Parangtritis, Yogyakarta dari 16 September hingga 16 Oktober 2022. (Fanspage Sejarah Jogyakarta)

Related posts