Opini: Dwi Kuswantoro*
Waktumu untuk berjuang ternyata harus usai hari 8 Agustus 2023. Tepat pagi tadi jam lima pagi, Allah SWT mengutus malaikat Izrail untuk mengakhiri perjuanganmu di dunia.
Tentu saja mendadak dan mengejutkan semua sahabat dan kolegamu. Beberapa hari lalu masih bertelepon dan juga menghantarkan sahabat kita Cak Wahid pulang dalam keabadian dan disemayamkan di kampungnya di Madura. Kelihatannya kalian memang Sahabat karib dan Allah SWT lebih mencintai kalian berdua dibandingkan cinta semua makhluk di dunia.
Baca Juga: Raharja Waluya Jati di Mata Anies Baswedan dan Sahabat
Semua orang mengenalmu sebagai aktivis demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Pendirianmu yang kekeuh untuk ada dijalan perjuangan tidak menyurutkanmu untuk terus berjuang. Posisimu saat ini dikubu yang tidak pro dengan kontinuitas, membawamu mendirikan Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI). Semangatmu adalah perubahan harus terus berlanjut, tanpa perubahan mustahil ada perbaikan.
Didik Rakyat dengan Demokrasi
Semakin dalam diskusi denganmu semakin paham, demokrasi tidak akan menghadirkan keadilan dan kesejahteraan; tanpa adanya daulat rakyat. Rakyat harus terus dididik dengan demokrasi. Demokrasi yang berbasis partisipasi bukan mobilisasi.
Baca Juga: Raharja Waluya Jati, Aktivis 1998 Meninggal Dunia
Aktivis 1998 yang tertidur akhir dalam perjuangan demokrasi tanpa henti berjuang tinggal sedikit, salah satunya dirimu. Kemana mereka? Saat ini banyak sudah dari mereka lupa dengan lagu mars Darah Juang para demonstran, karena asyik ngopi kesana kemari dengan oligarki.
Selamat jalan pejuang, semakin yakin jalan demokrasi yang terus menyempit harus ditiupkan ruh perjuanganmu. Sakitmu di dunia Insya Allah akan meringankan hisabmu dan menghantarkan ke janah-Nya.
*) Ketua DPW Partai Ummat DIY