Ini Gagasan dan Visi Misi Sarmidi soal Perluasan Akses dan Kualitas Pendidikan di Kota Yogyakarta

  • Whatsapp
sarmidi dan istadi
Sarmidi (kanan) bersama koleganya, Istadi di Barito Limasan Jalan Imogiri Timur Yogyakarta (Foto: BacaJogja)

BacaJogja – Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pendidikan. Tak heran, banyak kandidat pada Pilkada Yogyakarta 2024, menempatkan bidang pendidikan sebagai salah satu prioritas yang akan dikerjakan.

Seperti halnya Sarmidi, bakal calon wakil wali Kota Yogyakarta. Banyak gagasan dan ide cemerlang yang akan diusung jika menjadi orang nomor dua di Kota Yogyakarta ini. Lantas seperti gagasan, visi dan misi Sarmidi di bidang pendidikan untuk ibu kota Provinsi DIY ini?

Read More

Sarmidi yang dikenal sebagai tokoh pendidikan Yogyakarta Sarmidi ini menyatakan, aset Pendidikan di Kota Yogyakarta sesuai kewenangan kota meliputi pendidikan Paud 614 tempat belajar, sekolah TK 212 unit, tingkat SD sederajat 167 sekolah, SMP sederajat 67 sekolah.

Baca Juga: 15 Tahun Pendidikan Antikorupsi Universitas Paramadina: Tembok Harapan Melawan Budaya Korupsi

Menurut Sarmidi, perlu ada penataan aset dalam rangka memperluas akses masuk sekolah dan peningkatan kualitas sekolah. “Permasalahannya adalah keterbatasan akses dan belum meratanya kualitas sekolah dan letak sekolah yang tidak merata khusunya SMP negeri,” ungkapnya saat ditemui di Resto Barito Limasan Jalan Imogiri Timur milik Istadi, kolega Sarmidi.

Pensiunan ASN sekaligus pengajar praktek Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta ini mengungkapkan, dengan sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) dengan sistem zonasi, ada wilayah di Kota Yogyakarta yang blankspot untuk tingkat SMP. Area blankspot ini berada di wilayah selatan.

Ketua 1 LPMK kelurahan Brontokusuman ini mengatakan, perlu menambah daya tampung untuk SMP negeri di wilayah selatan. Langkah yang bisa dilakukan yakni membangun SMP baru di sekitar Timoho, Kemantren Umbulharjo.

Baca Juga: Dongeng Boneka Tangan, Media Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini

“Dengan sistem zonasi, daerah ini termasuk blankspot, sehingga anak-anak di sekitar Timoho, Milian, Sapen, Gedongkuning, dan sekitarnya susah mencari SMP negeri, karena tidak ada SMP negeri di wilayah itu,” jelasnya.

Pendiri dan Pembina Lembaga Sosial Yatim Piatu Tasila ini mengatakan, memang untuk pendirian SMP negeri baru, dari segi analisis membutuhkan waktu lama termasuk dalam hal pembiayaannya cukup besar. Namun bisa dilakukan dengan cara memindahkan SMPN 14 ke daerah Timoho Umbulharjo yang blankspot tersebut.

Sarmidi mengatakan, SMP Negeri 14 dan SMP negeri 12 letaknya berdampingan, lokasinya di Kemantren Jetis. Untuk mengatasi blankspot, SMPN 14 dipindah ke Timoho Umbulharjo. “Jadi, tidak menambah sekolah baru, namun gedungnya baru dengan nama tetap SMPN 14,” ungkapnya.

sarmdii dan komunitas pendidikan
Sarmidi bersama komunitas pendidikan Yogyakarta (Istimewa)

Ketua Harian Karateka Indonesia Kota Yogyakarta ini mengatakan, dengan PPDB zonasi daerah Umbulharjo yang blankspot tidak ada SMP negeri, warga masuk SMP negeri pakai jalur prestasi. “Tapi kalau niainya rendah, tidak bisa masuk. Akhirnya meneruskan sekolah di swasta,” katanya.

Menurut dia, Dinas Dikpora memang ada kebijakan dengan menambah kelas baru di SMPN 9 dan SMPN 10. Biasanya dari 9 kelas menjadi 10 kelas untuk mengamodir warga Umbulharjo. “Namun itu belum bisa menampung, belum ideal. Jadi kalau ada SMP negeri di Timoho maka bisa mengamodir warga sekitar,” jelasnya.

Baca Juga: Musyda PDM Muhammadiyah Kota Yogyakarta Soroti Isu Penting Pendidikan

Pembina LazizMU Brotokusuman ini mengatakan, bidang pendidikan yang tidak kalah pentingnya yakni perluasan akses. Kota Yogyakarta harus menjadi daerah dengan sekolah inklusi yang ramah bagi semuanya, termasuk untuk kalangan disabilitas. Sesuai perda, tiap kelas mengalokasikan dua penyandang disabilitas. “Sekolah inklusi ini harus diwujudkan agar semua warga jogja bisa menikmati pendidikan tanpa terkecuali,” tegasnya.

Peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan juga perlu ditingkatkan. Keberhasilan pendidikan tergantung pada etika, syukur nilainya bagus, tapi yang tidak kalah pentingnya melahirkan anak-anak cerdas, sopan, relijius, dan berkarakter Jogja yang terprogram dalam Pendidikan Khas Kejogjaan (PKJ).

Baca Juga: DPRD DIY Dukung Aspirasi Mahasiswa tentang Pendidikan Gratis

“Pendidikan khas kejogjaan (PKJ) ini sangat baik, bertujuan membentuk jalma kang utama, yakni manusia yang berperilaku utama (sangat baik, berbudi pekerti luhur). Jalma kang utama memiliki jiwa trilogi yakni hamemahu hayuning bawana, memahami sangkan paraning dumadi, dan berperilaku manunggaling kawula gusti,” jelasnya.

Sedangkan untuk pemertaan mutu pendidikan, langkah yang dilakukan yang memperbaiki sebaran sumber daya manusia atau pendidik yang berkualitas di banyak tempat. “Sebaran SDM guru berkualitas di banyak sekolah, agar yang tidak hanya berkumpul di sekolah-sekolah favorit. itu dampak positifnya bisa meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan,” ungkapnya. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *