Peluncuran Buku Syaiful Adnan: The Legacy of Saifuli Calligraphy

  • Whatsapp
Buku Syaiful Adnan
Peluncuran buku Syaiful Adnan: The Legacy of Saifuli Calligraphy (Istimewa)

BacaJogja – Mengkaji kehidupan maestro merupakan hal menyenangkan. Perjalanannya yang penuh liku berkesenian menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana mengatasi hidup secara kreatif.

Seorang full time artist, atau seniman yang tidak memiliki profesi lain selain menciptakan karya seni, akan berada dalam ritme kehidupan yang tidak sestabil pegawai atau pedagang kebutuhan pokok, misalnya, karena lukisan termasuk kebutuhan sekunder atau bahkan mewah yang hanya dikoleksi oleh orang-orang tertentu setelah berbagai kebutuhan lainnya tercukupi.

Read More

Umroh liburan

Namun demikian, justru karena kondisi semacam ini, karya seni dapat mencapai nilai ekonomis yang fantastis sehingga fluktuasi hidup senimannya semakin menjadi.

Baca Juga: Diskusi ICMI DIY Menyoal Masalah Lahan Hutan Adat Papua, Kenapa?

Lebih dari sekadar faktor ekonomi, mengkaji pelukis maestro akan memberikan pengkayaan pemahaman tentang representasi peradaban manusia. Apa yang diciptakan tidak hanya menjadi gambaran kehidupan pribadi tetapi juga mencerminkan peradaban yang melingkupinya. Sang pelukis akan menggunakan bahasa visual untuk mengungkap apa yang ia pikirkan dan terutama ia rasakan.

Dua hal tersebut, yaitu strategi menjalani kehidupan dan representasi peradaban, muncul dalam buku Syaiful Adnan: The Legacy of Saifuli Calligraphy. Buku biografi Syaiful Adnan ini memaparkan laku seorang maestro tentang bagaimana bersikap sebagai seorang full time artist.

Perjalanan panjangnya, dari masa kecil yang gemar mencoret-coret dinding Rumah Gadang dengan arang di desa Saniangbaka Sumatera Barat, hingga lulus sebagai mahasiswa berprestasi dari kampus seni lukis terbesar di Indonesia STSRI ‘ASRI’ Yogyakarta, lalu menjadi seniman yang tiap tahun tiada henti berpameran, adalah perjalanan yang patut dicermati tiap langkahnya. Di sana menjanjikan studi untuk menjadi seniman besar yang tanpa memiliki rasa jumawa.

Baca Juga: Hilang 3 Hari, Nenek Ditemukan Selamat di Bukit Winong Manggung Bantul

Adapun mempelajari karya-karya Syaiful Adnan akan memberikan kesadaran bahwa warisan artistiknya dapat dicapai melalui kreativitas dan sekaligus konsistensi. Tema pilihan Syaiful sangat spesifik, yaitu ayat Al-Quran yang diwujudkan dalam bentuk kaligrafi Arab Syaifuli. Pilihan ini memiliki dua tantangan sekaligus.

Pertama, memilih kaligrafi Arab berarti akan berhadapan dengan dunia pakem kaligrafi Arab yang disebut khat. Khat Arab telah telah berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun, sehingga mencapai kaidah artistiknya tersendiri.

Berkarya di wilayah ini akan bertemu dengan kaidah tersebut dan sekaligus akan berurusan dengan kreativitas yang mesti diperjuangkan Syaiful selaku seniman akademis. Dengan keteguhan hati, di wilayah ini Syaiful Adnan dapat memberikan warisan penting pada dunia seni rupa, khususnya seni Islami, tidak saja di Indonesia tetapi juga di lingkup internasional. Ia telah melahirkan gaya kaligrafi Syaifuli, yaitu kaligrafi Arab dengan lengkungan seperti pedang pada beberapa hurufnya.

Baca Juga: Bukanlah Kiamat jika Tidak Bisa Berhaji Tahun Ini

Tantangan kedua adalah pilihan tema Syaiful akan membatasi lingkup pecinta karyanya. Lukisan kaligrafi Arab dengan tema ayat Al-Quran tentu saja identik dengan para kolektor Muslim. Memang, sebagian besar lukisan Syaiful Adnan dikoleksi oleh kolektor Muslim maupun lembaga yang terkait dengan agama Islam, namun kenyataannya sebagian kolektor karya Syaiful tidak beragama Islam. Artinya, pencapaian artistik Syaiful bersifat general.

Untuk itu, perjalanan berkesenian Syaiful Adnan layak terukir dalam sejarah seni rupa. Capaian artistiknya adalah milik publik sehingga mesti dikenalkan di kurikulum pendidikan seni. Untuk itu, agar karya-karyanya dapat dinikmati dan dicermati masyarakat luas, buku Syaiful Adnan: The Legacy of Saifuli Calligraphy yang ditulis oleh Deni Junaedi diluncurkan.

Peluncuran buku digelar terbuka untuk umum dan gratis pada Sabtu, 20 Juli 2024 pukul 19.15 – 21.30 WIB. Acara digelar di Kopi Kuden yang beraalamat di Kuden, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Jogja dengan pembicara dan penulis buku Deni Junaedi.

Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Seni Budaya Profetik (Kosbatik) dalam kajian Samawa#13. Info lebih jauh bisa menghubungi Taufik Ridwan +6281904089999 []

Related posts