Media Jempol Untuk Mengatasi Gangguan Belajar 3D

  • Whatsapp
pembelajaran
Media Jempol Untuk Mengatasi Gangguan Belajar 3D (Istimewa)

Oleh : Farida Makruf, S.Ag, S.Pd
Guru SD Negeri Mejing 1, Sleman

Problematika klise yang sering dijumpai dalam proses kegiatan belajar mengajar pada aspek kognitif di sekolah adalah adanya beberapa kesulitan belajar yang terjadi pada siswa. Kesulitan dalam proses belajar secara umum terjadi terutama di kelas rendah dengan usia rata-rata 7-8 tahun adalah kesulitan belajar membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) atau dikenal dengan istilah Kesulitan belajar 3D (Disleksia, Disgrafia dan Diskalkulia).

Read More

Umroh akhir tahun

Sejatinya disleksia sudah dikenal sejak lama dan banyak ditemui di kalangan masyarakat umum. Sebuah survey merilis bahwa di Negara Amerika Serikat, 80% orang yang tidak mampu membaca dengan baik ditengarai menderita disleksia. Salah satu penyebab disleksia adalah faktor genetik. Beberapa penelitian memaparkan bahwa seseorang yang memiliki anggota keluarga atau kerabat yang menderita disleksia, memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kondisi tersebut.

Baca Juga: FTA dan Elemen Lain Merajut Kembali Semangat Juang Pasca Pilpres dari Yogyakarta

Disleksia merupakan salah satu jenis gangguan atau kesulitan belajar, pada umumnya memengaruhi kemampuan membaca dan mengeja huruf, kata, dan kalimat. Anggapan sebagian besar orang, bahwa siswa yang mengalami disleksia dapat mempengaruhi tingkat intelegensi, akan tetapi faktanya, siswa dengan kecerdasan tinggi maupun rendah bisa menderita disleksia. Sebut saja tokoh terkenal yang mengidap disleksia, Agatha Christie, Albert Einstein, John Lennon, dan masih banyak lagi.

Kesulitan belajar didefinisikan oleh Clement sebagai suatu kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses berbahasa, memori, dan pemusatan perhatian. Indikasi kesulitan belajar sebagaimana dikemukakan oleh Clement, hampir setiap tahun ditemukan.

Baca Juga: Perempuan Penyabar Itu Telah Berpulang, Takziah Virtual Malam Ini

Persoalan ini sering dijumpai oleh guru-guru Sekolah Dasar terutama pada Fase A atau kelas rendah. Awal tahun ajaran diwarnai dengan Masa Penegenalan Lingkungan Sekolah selama 2 minggu. Tujuan MPLS agar siswa mengenal lingkungan belajar dan memiliki kesiapan belajar dengan baik. Pengertian kesiapan belajar diungkapkan oleh Thorndike, “kesiapan belajar adalah prasyarat untuk belajar berikutnya”. Kesiapan belajar harus disiapkan sejak awal baik secara fisik, psikis dan materi pembelajaran serta kemampuan siswa merespon segala tindakan dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah dimanfaatkan untuk mengenal dan mempersiapkan kesiapan belajar siswa. Langkah pertama yang dilakukan adalah, mengadakan observasi terhadap siswa. Setiap siswa diminta untuk mempekenalkan diri, kemudian menuliskan identitas diri pada buku tulis masing-masing dan secara bergantian siswa membaca di depan kelas. Langkah ini terbukti efektif untuk menemukan adanya kesulitan belajar 3D.

Baca Juga: Jangan Lupa Event Keren! Dieng Culture Festival 23-25 Agustus 2024

Hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa, menunjukkan adanya beberapa kesulitan belajar 3D dengan gejala yang tampak pada hal-hal berikut:
a. Kesulitan memproses dan memahami apa yang disampaikan oleh guru.
b. Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan.
c. Kesulitan dalam mengingat sesuatu.
d. Kesulitan dalam mengingat huruf dan angka.
e. Kesulitan dalam mengeja, membaca, menulis dan berhitung.
f. Kesulitan membedakan huruf “b” dan “d”.
g. Kesulitan menulis dengan rapi.
h. Lamban dalam menyelesaikan tugas membaca, menulis dan berhitung.

Upaya selanjutnya untuk menangani kesulitan belajar yang terjadi, perlu dilakukan identifikasi terhadap siswa. Hasil identifikasi menunjukkan adanya spesifikasi yang berbeda, seperti Disleksia (kesulitan mengenali huruf, mengeja, membaca, dan menulis serta lamban dalam menyelesaikan tugas), Disgrafia (kesulitan membedakan huruf b dan d dan kesulitan menulis dengan rapi), serta Disleksia, Disgrafia dan Diskalkulia (kesulitan membaca, menulis dan berhitung).

Baca Juga: Link Panduan Pendaftaran Beasiswa Baznas dan Muhammadiyah Rp7 Miliar

Langkah ketiga setelah identifikasi adalah mencari solusi terbaik agar siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut dapat mengikuti kegiatan belajar dengan nyaman, tidak dibully, dijauhi dan dianggap bodoh oleh teman satu kelasnya. Di samping itu bekerja sama dengan rekan sejawat di sekolah, mengkomunikasikan dengan orang tua dan bekerja sama dengan tim psikologi dari Puskesmas.

Aksi nyata yang dapat diterapkan untuk menangani problematika tersebut menggunakan media JEMPOL. Adapun media Jempol merupakan akronim dari media yang digunakan sebagaimana paparan berikut:
a. Jelajah Angka dan Huruf
Media yang digunakan adalah kartu angka maupun kartu huruf yang diletakkan secara acak pada sebuah kotak. Ada dua keuntungan yang ditemukan dari media kartu angka dan huruf. Pertama, siswa dapat mengenali angka dan huruf dengan cepat dan tepat. Kedua, siswa dapat mengenali karakteristik angka dan huruf.

b. Eja Kata
Imla (bahasa Arab) atau mengeja sangat familiar untuk mengajarkan membaca. Khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan membedakan huruf “b” dan “d” dapat menggunakan media kartu kata dengan huruf dan tulisan yang mirip bunyinya.
Contoh : budi-dudi, bani-dani
Dengan mengenali bunyi atau fonik siswa dapat mengidentifikasi dan memproses suara sehingga perbedaan huruf “b” dan “d” terdengar jelas.

mengeja
mengeja (Istimewa)

c. Membaca, Menyusun, dan Menulis
Buku cerita juga dapat digunakan sebagai media dan berasa lebih efektif. Langkah yang dilakukan adalah mengajak siswa yang mengalami kesulitan belajar ke perpustakaan dan membacakan sebuah buku cerita. Setelah membaca, siswa diminta untuk menemukan kalimat dan menuliskan pada sebuah buku.

Baca Juga: ARTJOG 2024, Ramalan tentang Gambaran Peristiwa dan Harapan Hari Esok

d. Permainan Edukatif
Permainan ini sangat sederhana, namun memberikan dampak yang luar biasa.
– Mengeja, membaca dan menulis kata yang tertera pada bungkus makanan.
– Permainan Jempol bersanding untuk membedakan huruf “b” dan “d”.

Jempol bersanding untuk membedakan huruf “b” dan “d”

jempol
imoji jempol (Istimewa)

e. Orientasi Pemberian Reward
Pemberian reward kepada siswa memberikan kesan luar biasa, siswa menjadi lebih bersemangat untuk meningkatkan prestasinya. Dengan reward, stiker pemberi semangat siswa yang mengalami kesulitan belajar akan lebih percaya diri, tidak takut jika salah membaca dan kemampuannya menjadi meningkat.

f. Lakukan Terapi Orthopaedagogy
Terapi Orthopaedagogy dikenal sebagi istilah pengulangan, digunakan untuk memperbaiki kemampuan belajar ketelitian, konsentrasi, kemandirian, percaya diri, dan meningkatkan daya ingat dengan cara melakukan aktivitas berliterasi dan penggunaan media seperti di atas secara rutin. []

Related posts