BacaJogja – Di tengah hiruk-pikuk Bantul Creative Expo 2024, sebuah pameran yang digelar di Pasar Seni Gabusan, Bantul, menyuguhkan lebih dari sekadar karya seni. Di balik setiap kerajinan tangan yang dipamerkan terdapat kisah kekuatan, ketahanan, dan harapan.
Stand Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dalam pameran ini bukan sekadar ruang pamer. Ini adalah cermin dari perjalanan panjang pemulihan bagi para korban pelanggaran HAM berat, yang kini memamerkan hasil karya mereka sebagai bagian dari Program Rehabilitasi Psikososial. Program ini, yang menawarkan pelatihan dan modal usaha, bertujuan memulihkan kondisi sosial-ekonomi para korban tindak pidana dan memberikan mereka kesempatan kedua untuk bangkit.
Baca Juga: Teras Malioboro 1, Magnet Wisata Belanja Yogyakarta yang Penuh Inovasi dan Semangat Baru
Ketua LPSK Achmadi, bersama Wakil Ketua LPSK, menyusuri stand pameran yang penuh makna ini, Rabu, 31 Juli 2024. Achmadi memberikan apresiasi mendalam kepada pemerintah daerah Bantul atas penyelenggaraan acara yang luar biasa ini.
“Pameran ini bukan hanya tentang memamerkan produk. Ini adalah peluang untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas karya para korban, sekaligus media untuk memperkenalkan hasil dari program psikososial,” katanya dengan penuh rasa syukur.
Baca Juga: Ritual Jamasan 14 Pusaka untuk Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Kulon Progo
Di antara berbagai produk yang dipamerkan, terdapat kerajinan logam berbentuk Garuda Pancasila yang dihasilkan oleh Harjono. Dikenal sebagai penyintas pelanggaran HAM berat yang kini beralih profesi menjadi pengrajin logam, Harjono mengembangkan keahliannya selama masa penahanan. Kini, kerajinan logam tersebut bukan hanya menjadi sumber penghidupan bagi keluarganya, tetapi juga simbol harapan baru.
Ada juga Mbah Bas, seorang penjual Roti Kembang Waru yang telah menggunakan kerajinan kulinernya sebagai cara bertahan hidup sejak Peristiwa 1965. Bersama istrinya di Kotagede, Mbah Bas melanjutkan tradisi ini, menjaga api kehidupan dan keberanian hidup mereka.
Baca Juga: Dokter Sagiran Launching Umrah Paket Rakyat dari Mekkah, Apa Bedanya?
Tidak hanya itu, stand LPSK memamerkan berbagai kerajinan lainnya, termasuk sulaman sarung bantal karya Mbah Hartiti, kerajinan daur ulang sampah oleh Mbah Kadmi, tas batik oleh Endang, Tape ketan oleh Mbah Giyanti, kain stagen oleh Mbah Sukapno, kerajinan kayu oleh Suraji, dan abon ayam oleh Mbah Suhersad. Setiap produk memiliki cerita dan makna tersendiri, menjadikannya lebih dari sekadar barang jualan.
Stand LPSK di Bantul Creative Expo 2024 dirancang dengan tema “Rumah Perlindungan,” dominan dengan warna hitam dan kuning emas. Hitam menggambarkan perjalanan penuh penderitaan yang telah dilalui para korban, sementara kuning emas melambangkan kebangkitan dan kemajuan menuju kehidupan yang lebih baik.
Baca Juga: Daftar Lengkap Event Ikonik Jogja yang Menjadi Daya Tarik Wisatawan
Pameran ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk menunjukkan hasil karya para penyintas, tetapi juga sebagai media sosialisasi program layanan LPSK. Melalui acara ini, diharapkan masyarakat Bantul akan lebih mengenal dan memahami pentingnya perlindungan saksi dan korban, serta mendukung upaya pemulihan mereka.
Dengan setiap karya yang dipamerkan, Bantul Creative Expo 2024 menyulam kembali harapan dan kesempatan bagi para penyintas, menegaskan bahwa di balik setiap tantangan, selalu ada peluang untuk bangkit dan berkembang. []