Membincangkan Masalah Umat Sebaiknya Sersan Saja

  • Whatsapp
keumatan
Pertemuan para mantan aktivis Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul 'Aisyiyah, IPM, dan IMM DIY yang tergabung dalam Kelompok Sip Melati di Bale Timoho Yogyakarta (Istimewa)

BacaJogja – Permasalahan umat, sampai kapan pun, tidak akan tuntas. Bukan hanya soal bagaimana mempraktikkan ajaran agama dengan benar sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist, tetapi juga mencakup masalah agama, politik, serta urusan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan yang harus diperbincangkan oleh kelompok atau komunitas secara serius tapi santai. Jika dibicarakan terlalu serius, terkadang masalah-masalah tersebut malah sulit diselesaikan secara formalistis.

Oleh karena itu, pertemuan para mantan aktivis Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, IPM, dan IMM DIY yang tergabung dalam Kelompok Sip Melati pada Minggu, 18 Agustus 2024 di Bale Timoho sungguh istimewa. Mengapa istimewa? Lebih dari 60 mantan aktivis AMM saling berbagi cerita tentang kenangan, terutama soal magnet Kauman Yogyakarta dalam sejarah perjalanan tokoh.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Kolaborasi Inspiratif Dua SMP Muhammadiyah Memajukan Pendidikan

Mantan Ketua KPK Dr. H. Busro Muqoddas menceritakan sejarah keberanian menghadapi masalah dan “pertarungan” sesungguhnya, ketika dia disekolahkan di SD Suronatan, pindah ke Ngadiwinatan, dan selalu bersaing dengan anak-anak Kauman serta sering diajak berkelahi.

“Kenangan indah saat kecil bagaimana berhadapan dengan anak-anak Kauman mendidik saya untuk tidak menjadi penakut menghadapi masalah. Malah, suka berduel sejak kecil menjadi pengalaman tak terlupakan,” kata dosen dan pakar hukum UII ini.

Baca Juga: BPKH Sambut Kolaborasi Strategis Bank Muamalat dan Muhammadiyah dalam Memperluas Kemaslahatan Umat

Dia juga menyampaikan bahwa masalah-masalah di organisasi Muhammadiyah, khususnya soal pengaderan, dapat diperbincangkan dengan serius tapi santai. “Insyaallah, masalah umat dan organisasi dapat menjadi perhatian komunitas mantan aktivis seperti di Sip Melati ini. Insyaallah, kaderisasi dan masalah umat akan dapat teratasi,” lanjutnya.

Memang, masalah keumatan yang muncul, seperti persoalan yang bersinggungan dengan politik kenegaraan, harus diselesaikan dengan terbuka walaupun tidak harus dengan tegang.

Dr. H. Mahli Zainuddin Tago
Dr. H. Mahli Zainuddin Tago (Istimewa)

Pada bagian lain, Dr. H. Mahli Zainuddin Tago, M.Si memberikan tausiah tentang bagaimana beruntung atau “bejo” dalam banyak hal yang patut selalu disyukuri. Dia menceritakan bagaimana ikhtiarnya sebagai perantau dari Kerinci yang sudah berpuluh tahun menikmati perjuangan hidup di Jogja.

Baca Juga: Pegadaian Peduli Ajak Relawan Bakti BUMN Batch V Bangkitkan Sumatera Barat

Kauman Yogyakarta, menurut Mahli yang juga dosen UMY, menjadi titik perjalanan sejarah penting baginya. Kauman memiliki keunikan dalam pembentukan karakter dan semangat dalam perjuangan. Alumnus Pondok Sobron UMS ini benar-benar menjadikan kebiasaan menulis sebagai alat media dakwah dan perjuangan.

“Bahkan setelah lulus dari SMA Muhi, saya terpaksa tidak melanjutkan kuliah seperti kawan-kawan karena masalah ekonomi. Namun, karena memiliki kemampuan mengetik sepuluh jari, akhirnya saya diterima menjadi sekretaris di TU Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah,” ungkapnya.

Baca Juga: Mengetuk Pintu Langit, Jumat Berkah dan Keranjang Berbagi Kembali Dgelar Pegadaian Semarang

Perjalanan hidup Mahli banyak ditulisnya dan sering diunggah di media sosial, termasuk perjalanan ke Eropa karena “bejo”. Beruntung karena anaknya kini bekerja dan studi doktoral di Eropa, sering memintanya untuk menjenguk cucu, dan akhirnya keliling Eropa serta belajar tentang perkembangan budaya dan keislaman di tanah Eropa.

Mahli Zainuddin Tago mengajak para mantan aktivis untuk selalu menjaga kebersamaan demi meraih keberuntungan dan kesyukuran yang tiada henti. []

Related posts