Festival Garis Imajiner di Sleman: Menggali Filosofi, Merawat Budaya Keistimewaan Yogyakarta

  • Whatsapp
Festival Garis Imajiner
Ribuan warga dari 17 kapanewon memeriahkan Festival Garis Imajiner 2024. (Pemkab Sleman)

BacaJogja – Di bawah langit biru Sleman yang cerah, ribuan warga dari 17 kapanewon berkumpul dengan penuh antusias untuk memeriahkan Festival Garis Imajiner 2024. Gelaran yang sarat makna ini digelar dalam rangka memperingati 12 tahun berlakunya Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dibuka secara langsung oleh Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, bersama Wakil Bupati Danang Maharsa, festival ini menjadi ajang merayakan dan menggali kembali filosofi serta kearifan lokal yang telah lama mengakar.

Read More

Umroh liburan

Baca Juga: Rangkaian Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta: dari Miyos Gangsa, Sekaten, Hingga Garebeg Mulud

Pemukulan kenong oleh Bupati Kustini pada Kamis, 12 September 2024 ini menandai dimulainya festival yang telah dinanti-nantikan warga. Seiring dengan bunyi gong yang mengalun, kirab bregada dari 17 kapanewon mulai berjalan dari Kantor Kalurahan Sariharjo Ngaglik hingga berakhir di Lapangan Ngetiran.

Berbagai tarian, aksi teatrikal, hingga seni tradisional lainnya ditampilkan, menciptakan suasana yang penuh semangat dan mengingatkan kembali pada sejarah panjang Yogyakarta.

Bagi Kustini Sri Purnomo, Festival Garis Imajiner bukan hanya sekadar perayaan. Ia melihat ini sebagai sarana edukasi bagi masyarakat tentang garis imajiner filosofis yang menjadi ciri khas Yogyakarta. Sumbu yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, hingga Pantai Selatan ini memiliki nilai filosofis yang dalam.

Baca Juga: Kabar Duka, KRMT Indro Kimpling Suseno Berpulang

“Garis imajiner ini mencerminkan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam. Meski tak kasat mata, keberadaannya diyakini sangat penting,” ungkap Kustini dengan penuh keyakinan.

Tidak hanya sekadar garis, sumbu filosofis ini juga menjadi simbol keharmonisan dan keterikatan spiritual yang mendalam antara alam, manusia, dan Sang Pencipta. UNESCO pun mengakui pentingnya garis ini dengan menetapkannya sebagai Warisan Dunia pada 16 September 2023.

Merayakan Keistimewaan Yogyakarta

Dengan adanya pengakuan internasional dari UNESCO, festival ini juga menjadi cara untuk semakin mengukuhkan eksistensi budaya dan kesenian tradisional yang ada di Sleman. Selama dua hari, pada tanggal 12-13 September 2024, warga Sleman akan dimanjakan dengan berbagai penampilan seni tradisional, mulai dari tarian, kethoprak, hingga jathilan yang menggambarkan kehidupan budaya di setiap sudut kapanewon.

Baca Juga: Petualangan Eksotis Menyusuri Sungai Bawah Tanah di Goa Pindul Gunungkidul Yogyakarta

“Festival ini menjadi salah satu sarana penting untuk menggali, mengenalkan, melestarikan, dan mengukuhkan budaya serta kesenian tradisional Kabupaten Sleman. Masyarakat DIY patut bersyukur dengan pengakuan UNESCO yang menegaskan nilai sejarah dan budaya Yogyakarta,” tambah Kustini.

Penampilan seni yang memukau seperti Badui Tunas Mudho Gantalan, Wayang Mbeling, Jathilan Satrio Kudho Jingkrak, hingga *Genk Kobra*, turut menghiasi rangkaian acara. Setiap penampilan tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga menggambarkan kekayaan budaya yang dimiliki Yogyakarta, khususnya Sleman.

Baca Juga: Forum Ukhuwah Islamiyah DIY Serukan Pilkada Damai dan Bermartabat

Bagi masyarakat Sleman, Festival Garis Imajiner bukan hanya sekadar hiburan tahunan, melainkan cara untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap aksi teatrikal dan tarian yang ditampilkan memiliki pesan filosofis yang mendalam, menjadikan festival ini lebih dari sekadar ajang seni biasa.

Dengan semangat kebersamaan yang tinggi, warga Sleman dan sekitarnya berpartisipasi aktif dalam festival ini, seolah membuktikan bahwa budaya dan kearifan lokal Yogyakarta akan terus lestari, tak lekang oleh waktu. []

Related posts