UWM dan Sejarah Ndalem Mangkubumen: Saksi Keagungan Garebeg Mulud Keraton Yogyakarta

  • Whatsapp
GKR Mangkubmi
GKR Mangkubumi saat perayaan Hajad Dalem Garebeg Mulud 2024/Je 1958 (UWM Yogyakarta)

BacaJogja – Pada Senin, 16 September 2024, Keraton Yogyakarta menyelenggarakan Hajad Dalem Garebeg Mulud 2024/Je 1958 sebagai bentuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Prosesi tahunan ini menampilkan keagungan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun, dengan gunungan sebagai simbol kesejahteraan dari Sultan kepada rakyat.

Gunungan tersebut diarak dari Keraton menuju berbagai lokasi penting, termasuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, Kepatihan, dan Ndalem Mangkubumen.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Festival Garis Imajiner di Sleman: Menggali Filosofi, Merawat Budaya Keistimewaan Yogyakarta

Ndalem Mangkubumen, tempat di mana Kampus 1 Universitas Widya Mataram (UWM) berada, memiliki makna sejarah yang mendalam. Dikenal sebagai kediaman KGPH Mangkubumi, adik dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII, Ndalem ini juga merupakan tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono VII sebelum beliau menjadi Sultan, yang dikenal dengan nama Pangeran Hangabehi.

Sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono X, pembagian gunungan di Ndalem Mangkubumen menjadi bagian dari tradisi Garebeg Mulud.

Baca Juga: Mayoritas Kadin Daerah Tolak Munaslub: Arsjad Rasjid Tetap Sah Hingga 2026

KRT Purwowinoto, salah satu Penghageng Keraton Yogyakarta, menjelaskan kepada Tim Humas UWM, “Keraton setiap tahun menyelenggarakan tiga kali Garebeg, dan di Ndalem Mangkubumen ini adalah kali ketiga sejak Sultan HB X bertahta. Gunungan merupakan sedekah raja kepada rakyatnya, simbol kesejahteraan yang diberikan kepada rakyat.

Tradisi ini terus berlanjut dengan beberapa penyesuaian untuk memastikan keamanan dan kelancaran, mengingat jumlah penduduk yang terus meningkat.”

UWM Yogyakarta
Ndalem Mangkubumen, tempat di mana Kampus 1 Universitas Widya Mataram (UWM) berada (UWM Yogyakarta)

Prosesi di Ndalem Mangkubumen dipimpin oleh GKR Mangkubumi, yang didampingi oleh GKR Condrokirono dan GKR Hayu. Dalam kesempatan ini, GKR Mangkubumi menyampaikan, “Saya terima ubo rampe garebeg ini dan saya ucapkan terima kasih. Saya mohon kepada para abdi dalem untuk menerima ketan tersebut agar semua orang bisa sehat dan selamat.”

Baca Juga: Pemda DIY Dorong Tenant Teras Malioboro Tingkatkan Daya Saing UMKM

Dr. Satrio Hasto Broto Wibowo, Dosen Arsitektur Tradisional UWM, menyoroti keterkaitan antara upacara Garebeg dengan arsitektur Keraton Yogyakarta. “Garebeg adalah acara besar keagamaan yang telah dilaksanakan sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono I. Prosesi ini melibatkan bangunan-bangunan penting yang memiliki makna, seperti omah gunungan untuk pembuatan gunungan dan pagongan untuk nabuh gamelan di kompleks Masjid Gedhe,” ujarnya.

Di sisi lain, Ibu Unu, salah satu warga yang mendapatkan ubo rampe gunungan, menyatakan rasa syukurnya. “Saya sangat senang mendapatkan ubo rampe berupa wajik tradisional khas Keraton. Ini akan saya simpan sebagai kenang-kenangan dan untuk penghidupan sesuai tradisi adat Jawa,” ungkapnya dengan penuh antusias. []

Related posts