BacaJogja – Kota Yogyakarta, yang dikenal sebagai pusat kebudayaan Indonesia, semakin memperkuat posisinya sebagai Kota Batik Dunia dengan berbagai upaya untuk melestarikan warisan batik. Dalam rangkaian kegiatan Hari Batik Nasional 2024, Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik pada Senin, 14 Oktober 2024 di Hotel Harper Malioboro, Yogyakarta. Seminar ini mengusung tema “Sustainabilitas Budaya Melalui Inovasi” dan dihadiri oleh pengrajin batik, akademisi, serta pegiat budaya.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Yogyakarta, Kadri Renggono, menegaskan pentingnya peran Yogyakarta dalam menjaga eksistensi batik, terutama di kalangan generasi muda. “Seni membatik tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi identitas lokal yang patut dibanggakan. Oleh karena itu, kami berupaya mengintegrasikan seni membatik dalam kurikulum sekolah agar generasi muda mengenal dan mengapresiasi batik sejak dini,” ujarnya.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca DIY 15-17 Oktober 2024: Waspadai Hujan Lokal dan Gelombang Tinggi di Samudera Hindia
Integrasi Batik dalam Kurikulum Sekolah
Sebagai bentuk pelestarian, Pemkot Yogyakarta telah mengintegrasikan seni membatik dalam kurikulum sekolah. Mulai dari usia dini, anak-anak diperkenalkan pada teknik dasar membatik. Langkah ini bertujuan agar generasi muda tidak hanya memahami proses pembuatan batik, tetapi juga menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Tidak hanya di pendidikan formal, Pemkot Yogyakarta juga mengadakan berbagai kegiatan seperti Gerakan Jogja Membatik, yang melibatkan pelajar, guru, dan pengusaha UMKM. Selain itu, kompetisi desain busana, fashion show batik, serta lomba batik Sawit Nasional turut menjadi bagian dari upaya mempertahankan eksistensi batik di Yogyakarta.
Baca Juga: Jadwal dan Lokasi Lengkap Layanan SIM Yogyakarta Oktober 2024
Inovasi Teknologi untuk Batik
Dalam dunia yang terus berkembang, Pemkot Yogyakarta juga berinovasi dengan memperkenalkan mesin batik Batimo, yang berbasis teknologi Computer Numerical Control (CNC). Mesin ini telah teruji untuk memproduksi batik berkualitas tinggi sesuai standar internasional. Selain itu, pemerintah juga menyediakan fasilitas sertifikasi kompetensi profesi batik dan pelatihan diversifikasi produk batik untuk para pengrajin kecil dan menengah (IKM).
Kadri menambahkan bahwa pelestarian batik tidak hanya bergantung pada pendidikan formal, tetapi juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti sanggar batik dan workshop membatik. Dengan pendekatan ini, diharapkan batik terus berkembang, baik sebagai produk budaya maupun tren global yang dapat dibanggakan.
Baca Juga: Siap-siap! 14-27 Oktober Ada Operasi Zebra Progo 2024, Ini Sasaran yang Dibidik!
Kolaborasi untuk Masa Depan Batik
Seminar ini juga dihadiri oleh Brahmantara, Kepala Bagian Umum Museum Batik dan Cagar Budaya, Kemendikbudristek, yang menyampaikan pentingnya riset dan edukasi dalam menjaga kualitas dan regenerasi batik. “Kami berkomitmen untuk mendukung regenerasi batik melalui kerjasama dengan berbagai pihak, sehingga batik tidak hanya lestari tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman,” ungkapnya.
CEO Batik Fractal, Nancy Margried, sebagai narasumber dalam seminar ini, menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi digital dalam membatik. Menurutnya, teknologi digital mampu memperkaya kreativitas para pembatik dengan memberikan akses pada metode baru. “Batik bukan hanya sejarah, tapi juga masa depan yang cerah bagi industri kreatif,” katanya.
Dengan langkah-langkah inovatif ini, Yogyakarta berupaya memastikan bahwa batik tidak hanya tetap hidup sebagai warisan budaya, tetapi juga berkembang sebagai identitas bangsa yang mampu bersaing di kancah global. []