BacaJogja – Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju Hamemayu Hayuning Bawana, acara yang digelar di Grha Pradipta Jogja Expo Center pada Sabtu (18/01), menjadi simbol rasa syukur atas terselenggaranya Pilpres, Pilkada, dan Pileg dengan damai di DIY. Ribuan perangkat kalurahan dan petugas jaga warga DIY hadir dalam acara yang penuh makna ini.
Dimulai dengan kirab hasil bumi, doa lintas agama, dan kembul bujana atau makan bersama, acara ini juga menjadi kelanjutan dari Jogja Nyawiji yang digelar tahun sebelumnya. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengungkapkan kebanggaannya atas kelancaran pesta demokrasi di Yogyakarta. Beliau menekankan bahwa keberhasilan ini merupakan buah dari kematangan politik masyarakat yang dihasilkan oleh teladan kepemimpinan di semua level.
Baca Juga: Komitmen Indonesia untuk Keadilan Global: Tragedi Kemanusiaan Palestina di Zaman Modern
Sri Sultan menegaskan bahwa, selain sukses penyelenggaraan pesta demokrasi, aparat juga memainkan peran penting dengan menjaga harmoni dan ketertiban. Tidak ada aksi represif, melainkan kolaborasi erat antara aparat dan masyarakat untuk menjaga situasi tetap kondusif, meski ada perbedaan pandangan. Ini menjadi cermin kedewasaan demokrasi di Yogyakarta.
Selain itu, Yogyakarta, sebagai kota pendidikan dan pariwisata, terbuka bagi semua warga dari penjuru Indonesia maupun mancanegara. Gubernur DIY menekankan semangat inklusivitas yang mengedepankan keragaman, melalui akulturasi yang memperkaya nilai-nilai khas Yogyakarta dan menjadikannya identitas bersama.
“Satu pesan saya untuk perantau: untuk menjadi wong Jogja, tidak harus lahir di Jogja atau memiliki darah keturunan Jawa. Keistimewaan Jogja adalah milik Indonesia,” pesan Sri Sultan dengan tegas.
Baca Juga: Misteri Tragis di Kebun Kopi Banjarnegara: Bapak dan Anak Meninggal Bersimbah Darah
Usai pesta demokrasi, Sri Sultan menyatakan pentingnya kerja nyata dan kolaborasi berbudaya dalam pengabdian kepada masyarakat dan negara. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang lebih efektif dan efisien menjadi prioritas utama, agar pelayanan publik menjadi lebih adaptif, inovatif, dan berorientasi pada hasil nyata untuk masyarakat.
Sultan juga menekankan bahwa kalurahan bukan sekadar entitas administratif, melainkan fondasi kehidupan yang memberdayakan dan mengayomi masyarakat. “Kalurahan harus menjadi ruang yang melawan kemiskinan, keterbelakangan, dan kesenjangan,” tambahnya.
Baca Juga: Pakar UGM: Penghapusan Ambang Batas Pilpres Perkuat Representasi Politik
Sri Sultan menutup pidatonya dengan mengajak semua elemen masyarakat dan penyelenggara negara untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita luhur Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju Hamemayu Hayuning Bawana. Hal ini memerlukan dukungan dari penyelenggara negara yang berkeadilan, pengajar dan pelajar yang inovatif, rohaniawan yang mengamalkan kesalehan publik, wirausahawan yang kreatif, serta warga yang memiliki semangat kolaborasi.
Kapolda DIY, Irjen Pol Suwondo Nainggolan, mengungkapkan apresiasi kepada masyarakat DIY atas kolaborasinya dalam menjaga keamanan dan mendukung suksesnya pemilu. Ia menyebutkan bahwa keamanan di Yogyakarta bukan sekadar situasi, melainkan investasi yang mendukung kegiatan ekonomi kemasyarakatan, seperti pariwisata, pendidikan, pertanian, dan kehidupan lainnya.
Baca Juga: Destinasi Wisata Yogyakarta di Akhir Pekan: Prakiraan Cuaca dan Tips Liburan
“Keamanan dan ketertiban di Yogyakarta adalah hasil kerja keras kita bersama, yang menjadikan Jogja tetap aman, istimewa, dan siap mendukung kemajuan,” tutup Suwondo.
Acara Jogja Pandu Peradaban Nusantara ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga langkah konkret untuk menjaga harmoni sosial dan memajukan kesejahteraan melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan aparat. []