Yogyakarta – Pondok Pesantren Penghafal Quran Pondok Suluh Melayu, baru selesai tahap pembangunan. Namun, bangunan yang berada di Kelurahan Gambiran, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, memiliki koleksi Alquran yang lengkap.
Di tempat ini, Alquran dari dari berbagai negara dengan bahasa dan terjemahan tersendiri. Alquran dari tujuh bahasa terjemahan utama yakni Latin, Italia, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Rusia dan Cina ada di ponpes ini. Begitu juga terjemahan Alquran dari berbagai negara lain seperti Belanda, Turki, Hongaria, India, Mongolia dan lainnya juga ada.
Baca Juga:
Pendiri ponpes, Mahyudin Al Mudra mengatakan, koleksi Alquran sudah dimulainya sejak 2004. Mahyudi kebetulan suka traveling ke sejumlah negara dan berburu Alquran di negara yang dikunjungi. “Alhamdulillah, sekarang sudah banyak koleksinya, semoga terus bertambah,” katanya saat berbincang dengan awak media, Senin, 19 April 2021.
Mahyudin mengungkapkan, dalam setiap kunjungannya ke negara lain selalu menyisihkan waktu untuk membeli Alquran. Dari awal memang bercita-cita bisa memiliki museum sekaligus pondok untuk penghafal Alquran.
“Alhamdulillah, sekarang sudah banyak koleksinya, semoga terus bertambah”
Menurut dia, koleksi Alquran tidak hanya didapatkan dari bepergian luar negeri. Banyak teman dan relasinya yang berada di negara tertentu memberikan Alquran kepadanya. “Handai taulan dan rekan yang berada di luar negeri kerap memberikan Alquran dengan cuma-cuma. Mereka tidak mau diganti uang. Hal baik itu muncul dari niat baik,” kata Mahyudin.
Selain mengoleksi Alquran dari negara asing dan terjemahannya, Mahyudin juga punya misi mengumpulkan Alquran terjemahan dari 20 bahasa daerah di Indonesia. “Itu misi kami bersama pondok pesantren ini,” ungkapnya.
Baca Juga:
Pondok Pesantren Penghafal Quran Pondok Suluh Melayu ini lahir salah satu tujuannya mencetak penghafal Alquran yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. “Semoga dari Yogyakarta ini akan melahirkan generasi muda penghafal Alquran yang luar biasa dan mengamalkan Islam dengan cinta kasih pada sesama,” kata Mahyudin.
Ketua Pesantren Suluh Melayu, Noor Aslan mengatakan, untuk pertama kali setelah selesai membangun pondok, baru akan menerima empat hingga enam santri saja. Mereka berusia 17 tahun akan dididik menjadi penghafal Alquran. “Kami tampung dan biayai penuh mereka, tentu bersama donatur yang membantu,” katanya. []