Yogyakarta – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X memastikan Yogyakarta tidak jadi lockdown. Kebijakan yang diberlakukan adalah dengan PPMKM Mikro yang sudah ditindaklanjuti oleh bupati dan wali kota di DIY. Bagaimana dengan pariwisata yang hanya Kabupaten Bantul yang memilih tutup tiap Sabtu dan Minggu?
Sri Sultan HB X mengatakan, pada prinsipnya untuk menjaga kesehatan salah satunya tidak berada atau menciptakan kerumuman. Sedangkan pariwisata itu cenderung mengundang kerumunan. “Di Parangtritis misalnya kalau Sabtu dan Minggu sampai 7 kilometer antreannya,” katanya di Kepatihan Yogyakarta, Senin, 21 Juni 2021.
Baca Juga:
Menurut Sri Sultan, jika antrean itu orangnya tetap di dalam mobil tidak masalah, setidaknya terjadi penularan antar keluarga. “Tapi begitu keluar dari mobil kan jadi campur semua. Dari peristiwa itu akhirnya ditutup,” ungkapnya.
“Misalnya kalau yang jualan dibantu gimana, tapi tetap tidak jualan. Toh tutupnya hanya Sabtu dan Minggu”
Raja Keraton Yogyakarta ini mengugkapkan, penutupan objek wisata di Bantul termasuk Parangtritis ada yang tidak setuju atau diprotes khususnya pedagang. Alasannya mereka tidak ada beli karena ditutup.
Ada rencana penutupan tetap berlanjut dengan konsekuensi, pedagang diberi bantuan. “Misalnya kalau yang jualan dibantu gimana, tapi tetap tidak jualan. Toh tutupnya hanya Sabtu dan Minggu. Itu salah satu cara keseimbangan-kesimbangan. Tapi semua itu perlu dibicarakan,” ungkap Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X.
Baca Juga:
Saat disinggung apakah kabupaten dan kota di DIY perlu menyontoh Kabupaten Bantul dengan menutup pariwisata, Ngarsa Dalem menyerahkan sepenuhnya kepada bupati dan wali kota. Hal itu tergantung bupati dan wali kotanya.
“Saya tidak punya kebijakan untuk itu, bupati dan wali kota yang bisa melihat kondisi riilnya. Pengalaman Parangtritis tadi kan sudah jelas,” kata Sultan. []