Sri Sultan HB X Ungkap Lima Penyebab Kematian Pasien Corona di Yogyakarta

  • Whatsapp
Sri Sultan HB X (1)
Sri Sultan HB X saat Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Panjaitan. (Foto: Humas Pemda DIY)

Yogyakarta – Angka kematian pasien corona di Daerah Istimewa Yogyakarta tergolong tinggi. Berdasarkan data Posko Penanganan Terpadu Covid-19 Pemda DIY, total kasus kematian akibat Covid1-9 ada di Yogyakarta tercatat 2.780 orang.

Dari jumlah itu, 195 kasus atau 7 persen tidak diketahui tempat di mana meninggalnya, 695 kasus atau 25 persen meninggal di rumah atau isoman, dan 1.890 atau 68 persen meninggal di rumah sakit.

Read More

Umroh liburan

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, penyebab tingginya kasus kematian akibat terpapar Covid-19 di DIY dikarenakan beberapa alasan. Salah satunya karena pasien meninggal mempunyai komorbid dan sudah berusia lanjut.

Baca Juga:

“Penyebab lainnya karena tidak mendapatkan oksigen dan pasien belum mendapatkan vaksinasi,” kata Sri Sultan HB X dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Panjaitan. Sri Sultan mengikuti rakor secara daring dari Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Sabtu, 24 Juli 2021 malam.

Menurut Sri Sultan, penyebab lainnya karena pasien mengalami gejala ringan yang berkembang menjadi berat. “Gejala ringan ke berat itu tidak terpantau optimal karena isolasi mandiri,” kata Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X.

“Penyebab lainnya karena tidak mendapatkan oksigen dan pasien belum mendapatkan vaksinasi”

Untuk itu, Pemda DIY segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) Khusus untuk menekan angka kematian pasien Covid-19, khususnya pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Pemda DIY sudah koordinasi dengan BNPB maupun dengan Bupati/Wali Kota. Kesimpulannya akan dibentuk satgas khusus yang akan menangani isolasi di shelter terpusat.

Selain pembentukan satgas, upaya lain yang dilakukan Pemda DIY untuk menekan angka kematian akibat corona antara lain meningkatkan pengawasan pada pasien dengan gejala ringan. Apabila pasien sudah lansia atau mempunyai komorbid akan dirujuk dirawat di rumah sakit.

Baca Juga:

Selain itu, dilakukan pula upaya peningkatan akses layanan rujukan dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di rumah sakit rujukan Covid-19. “Kami juga berupaya meningkatkan pasokan dan ketersediaan oksigen bagi rumah sakit rujukan, melakukan rekrutmen tenaga relawan, serta mengoptimalkan masyarakat untuk memanfaatkan shelter untuk isolasi,” kata Sri Sultan.

Ngarsa Dalem mengatakan, Pemda DIY memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak isolasi di rumah. Shelter-shelter sudah tersedia tetapi baru dimanfaatkan sekitar 60 persen. “Upaya terakhir, meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 maupun distribusi obat-obatan,” ungkapnya.

Baca Juga:

Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, kesimpulan dari banyaknya kasus pasien meninggal dunia saat menjalani isoman karena tidak dalam pengawasan tenaga kesehatan. “Isoman tanpa pengawasan ternyata cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, tadi direkomendasikan agar para isoman bisa kita geser ke shelter, atau justru kalau memang saturasinya sudah cukup rendah, maka sebaiknya masuk rumah sakit yang ada,” katanya.

Dia mengatakan, mengenai kondisi bed occupancy rate (BOR) atau keterisian rumah sakit, saat ini hampir penuh. Langkah yang dilakukan rumah sakit yakni menggeser pasien ke shelter bagi pasien yang mulai membaik. “Bagi mereka yang sudah mulai membaik, akan dipindahkan ke shelter, kemudian tempat yang kosong di rumah sakit akan diisi oleh para isoman yang punya gejala sedang sampai berat,” kata Aji, sapaan akrabnya. (Source: Humas Pemda DIY)

Related posts