Yogyakarta – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat pada minggu ini, terhitung 20-26 Agustus 2021, terjadi dua kali awan panas guguran ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter. Sedangkan guguran lava teramati sebanyak 211 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida mengatakan, teramati adanya perubahan morfologi pada kubah lava barat daya, yaitu ketinggian kubah yang bertambah sekitar 3 meter. Sedangkan kubah tengah relatif tetap. “Volume kubah lava barat daya sebesar 1.400.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.831.000 meter kubik,” katanya dalam siaran tertulis, Jumat, 27 Agustus 2021.
Baca Juga: Morfologi Kubah Lava Barat Daya Gunung Merapi Berubah
Hanik mengatakan, dari hasil pengambilan foto udara dengan drone yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2021 menunjukkan secara umum morfologi kedua kubah relatif tetap. “Perubahan morfologi terjadi pada bagian atas kubah lava barat daya, yakni pada lokasi ekstrusi magma aktif saat ini,” katanya.
Sedangkan untuk intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan dengan minggu lalu. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di G. Merapi.
Baca Juga: Hujan Abu Merapi Skala Sedang dan Tebal Melanda Tiga Kecamatan di Magelang
BPPTKG Yogyakarta menyimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat SIAGA.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara–barat daya sejauh maksimal 3 kilometer ke arah sungai Woro, dan sejauh 5 kilometer ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. “Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak,” ungkapnya. []