BacaJogja – Puro Pakualaman menggelar labuhan di Pantai Glagah, Kulon Progo, Yogyakarta pada Senin, 8 Agustus 2022. Ada tiga gunungan yang dilarung ke laut, yakni gunungan hasil bumi, pakaian, dan padi.
Larung gunungan ini merupakan bentuk melestarikan warisan leluhur, yang dikenal dengan istilah Labuhan Sukerto Sri Paduka Paku Alam X. Tradisi ini digelar tiap 10 Muharram atau setelah 10 hari setelah peringatan 1 Muharam atau dimulainya tahun baru dalam hitungan kalender Jawa.
Baca Juga: Tradisi Jenang Suran di Makam Raja-raja Mataram Kotagede Yogyakarta
Harapannya dengan tradisi labuhan ini masyarakat selalu diberi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan. Dalam tradisi ini turut mendo’akan para leluhur yang telah meninggal dunia.
Tradisi labuhan diawali dengan kirab dari Pasanggrahan Pakualaman menuju Joglo Pakualaman di Pantai Glagah yang berjarak kurang lebih tiga kilometer. Doa bersama di Pesanggrahan Pakualaman dilakukan untuk memohon keselamatan menjadi awal prosesi labuhan.
Baca Juga: Makna Tradisi Baritan Nguras Sendang Payungan di Pandak Bantul
Setelah didoakan, prosesi gunungan dibawa ke arah pantai dengan berjalan kaki. Setelah dilarung ada kalanya isi larungan kembali ke daratan karena terhempar ombak. Di situlah warga memunguti isi gunungan yang dilarung itu. Bulir-bulir padi isi gunungan juga dipunguti warga meski sudah jatuh di antara butiran pasir pantai.
Labuhan 10 Muharam 1444 Hijriyah ini dipimpin KRT Projo Anggono. Sejumlah kerabat Puro Pakualaman tampak hadir antara lain GPH Indrokusumo dan KRT Kusumo Aminoto. Selain itu, Panewu Temon Agus Hidayat, Kapolsek Temon Kompol Riyono dan Danramil Temon Kapten inf Sukamta juga turut hadir. []