BacaJogja – Setelah pandemi corona berlalu, Keraton Yogyakarta kembali menggelar rangkaian peringatan Idulfitri 1444 H/Tahun Ehe 1956 secara langsung, termasuk Garebeg Sawal. Warga bisa menyaksikan dan berebut tujuh gunungan yang sudah disiapkan.
Pelaksanaan prosesi Garebeg Sawal yang akan dilakukan dengan iring-iringan 10 Bregada Prajurit Keraton yang mengawal tujuh gunungan. Prosesi yang sudah dirindukan warga Yogyakarta dan sekitarnya ini digelar pada Sabtu, 22 April 2023/1 Sawal Ehe 1956. Adapun lokasinya yakni Keraton Kagungan Dalem Masjid Gedhe, Pura Pakulaman dan Kepatihan pada pukul 10.00 WIB.
Baca Juga: Keraton Yogyakarta Gelar Sekaten 1-7 Oktober 2022, Garebeg Mulud Ditiadakan
Penghageng KHP Parasraya Budaya Keraton Yogyakarta GKR Maduretno mengatakan, pelaksanaan Garebeg Sawal tahun ini dengan iring-iringan bregada prajurit dan tujuh gunungan tidak akan melintas Alun-alun Utara. Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, akan dibawa oleh Kanca Abang melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe,.
“Gunungan di Masjid Gedhe, setelah didoakan, akan ada dua buah gunungan yang dibawa menuju Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan,” ujarnya seperti dikutip dari laman Kraton Jogja, Senin, 17 April 2023.
Putri ketiga Sri Sultan ini mengungkapkan, sebelum dilakukan prosesi Garebeg Sawal, terlebih dulu akan dilakukan prosesi Numplak Wajik. “Pelaksanaannya di Panti Pareden, Kompleks Magangan pada Kamis, 19 April selepas Asar. Sementara untuk Gladi Resik Prajurit akan berlangsung Kamis, 20 April mulai pukul 15.30 WIB. “Untuk Ngabekten sendiri sifatnya tertutup dan dilaksanakan dua hari pada Sabtu, 22 April dan Minggu, 23 April,” terangnya.
Baca Juga: Garebeg Mulud Keraton Yogyakarta Bagikan 2.700 Rengginang
Gusti Madu, sapaannya, mengimbau masyarakat yang turut berpartisipasi mengikuti rangkaian peringatan Idulfitri dan agenda Garebeg Sawal untuk tertib dan tetap taat prokes. “Kami harap masyarakat dapat merayah gunungan setelah gunungan tersebut selesai didoakan dan menjaga ketertiban agar pelaksanaan Garebeg Sawal dapat berjalan dengan baik. Dimohon untuk memberikan jalan pada iring-iringan bregada prajurit dan gunungan,” jelasnya.
Di sisi lain, terdapat 10 Bregada Prajurit Keraton yang akan mengawal gunungan yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Bregada Bugis akan mengawal gunungan hingga Kepatihan. Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman akan dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.
Makna dan Jenis Gunungan Garebeg Sawal yang Dibagikan
Wakil Penghageng KHP Widya Budaya KRT Rinta Iswara mengatakan, terdapat lima jenis gunungan yang dibagikan pada prosesi pelaksanaan Garebeg Sawal. Kelima jenis itu adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan. “Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai urutan tadi,” ungkapnya.
Baca Juga: Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Keraton Yogyakarta Dibagikan dalam Lima Hari
Dia mengatakan, ada tiga Gunungan Kakung, peruntukannya masing-masing untuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Sementara yang lainnya masing-masing berjumlah satu buah dan ikut dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.
Ia menambahkan, sejatinya Garebeg itu sendiri merupakan salah satu upacara yang hingga saat ini rutin dilaksanakan oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kata Garebeg, berasal dari Bahasa Jawa memiliki arti berjalan bersama-sama di belakang Ngarsa Dalem atau orang yang dipandang seperti Ngarsa Dalem.
Menurut dia, Garebeg yang dilakukan di Keraton adalah Hajad Dalem, sebuah upacara budaya yang diselenggarakan oleh Keraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam yakni Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga: Rute Iring-iringan Bregada Miyos dan Kondur Gangsa Sekaten Keraton Yogyakarta
Dalam pendapat lain dikatakan bahwa Garebeg atau yang umumnya disebut “Grebeg” berasal dari kata “gumrebeg”, mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.
“Sementara gunungan merupakan perwujudan kemakmuran Keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya. Jadi makna Garebeg Sawal secara singkatnya adalah perwujudan rasa syukur (mangayubagya) akan datangnya Idulfitri, yang diwujudkan dengan memberikan rezeki pada masyarakat melalui ubarampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram,” pungkasnya. []