BacaJogja – Pemkab Sleman melalui Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Sleman sudah melakukan langkah-langkah sejak ditemukan kasus antraks di Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Pada 7 Maret 2024, Pusat Kesehatan Hewan Prambanan telah melakukan pengambilan dan pengiriman sampel darah untuk diuji di Balai Besar Veteriner Wates, dan Pusat Kesehatan Hewan Prambanan telah berkoordinasi dengan Puskesmas Prambanan dan Kalurahan Gayamharjo.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Sleman, Ir. Suparmono mengatakan, pihaknya pada Jumat 8 Maret 2024 bersama Pusat Kesehatan Hewan Prambanan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman melakukan penyidikan epidemiologi (PE)/investigasi dan pemberian obat kepada masyarakat Kalinongko Kidul yang ikut dalam proses penyembelihan dan mendapat paket daging dari ternak yang disembelih.
Baca Juga: Dosis Tepat Konsumsi Buah Apel Agar Terbebas Penyakit Jantung Koroner
Pada saat yang sama, secara bersama dilakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada warga Kalinongko Kidul, Gayamharjo yang intinya untuk segera melaporkan setiap kasus kejadian ternak sakit/mati kepada petugas Kesehatan Hewan, penanganan terhadap ternak yang ambruk/mati untuk tidak disembelih.
“Daging hasil penyembelihan yang masih disimpan oleh warga agar akan segera diambil dan dimusnahkan, serta memastikan untuk sementara waktu tidak ada ternak yang keluar atau masuk ke wilayah Kalinongko Kidul, Gayamharjo. Sedangkan Tim Balai Besar Veteriner Wates juga melakukan investigasi dan pengambilan sampel tanah di lokasi kandang Wagiman,” jelasnya dalam siaran pers.
Baca Juga: Pemkab Pantau Empat Titik Penyembelihan Hewan Kurban di Sleman Barat
Kemudian pada Sabtu 9 Maret 2024 dilakukan desinfeksi di lingkungan kandang Bapak Wagiman Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan oleh Tim Pusat Kesehatan Hewan Prambanan. Minggu 10 Maret 2024 Dinas Pertanian, pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman dan Pusat Kesehatan Hewan Prambanan bersama dengan Tim Gegana Polda DIY juga mengambil dan memusnahkan daging yang masih disimpan oleh warga Kalinongko Kidul untuk selanjutnya dibakar dan disiram menggunakan formalin.
“Kemudian dikubur dan disemen serta diberi tulisan kuburan daging Antraks. Selain itu juga dilakukan pendataan ternak di wilayah RT.05 untuk persiapan pengobatan ternak,” jelasnya.
Pada 13 Maret 2024 dilakukan pengobatan dan pemberian vitamin terhadap ternak sapi 143 ekor serta 224 kambing dan domba, yang berada di sekitar lokasi kasus, untuk melindungi ternak yang ada mengingat lokasi di sekitarnya sudah terpapar.
Baca Juga: Penjelasan Kasus Antraks di Prambanan Sleman Yogyakarta
“Bersama Tim Balai Besar Veteriner Wates juga melakukan penandaan pada lokasi kejadian baik lokasi kematian, lokasi penyembelihan, lokasi pengulitan dan pemotongan daging, serta penguburan daging,” paparnya.
Suparmono mengatakan, pada 13 Maret 2024 dilakukan Koordinasi Lintas Sektoral tentang pengendalian Antraks bertempat di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, melibatkan unsur Kabupaten/Kota se-DIY, Kabupaten Klaten, BBVet Wates, BPBD DIY, FKH UGM, dan Dinas Kesehatan DIY.
Pada 14 Maret 2024 dilakukan pengambilan sampel tanah tambahan pada beberapa lokasi di Kalinongko Kidul, untuk mendeteksi luasan penyebaran bakteri Antraks. “Pada tanggal tersebut juga dilakukan Pertemuan Lintas Sektoral antar pemangku kepentingan terkait penyakit zoonosis di Kabupaten Sleman,” katanya.
Baca Juga: Jelang Iduladha, Hampir Seribu Ternak di Bantul Suspek PMK, Terbanyak di Pleret
Menurut dia, dalam waktu dekat akan segera dilakukan vaksinasi pada ternak yang berada pada zona kuning, untuk melindungi dan memberikan kekebalan pada ternak yang ada. Saat ini sedang mengajukan permohonan bantuan vaksin dan sarana pendukung lainnya untuk pengendalian Antraks kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.
Pemkab Sleman memastikan sampai 14 Maret 2024, tidak ada lagi penambahan kasus ternak sakit dan mati karena Antraks di wilayah Kalinongko Kidul dan sekitarnya. []