Oleh: Muhammad Chirzin *)
BELAKANGAN ini viral keputusan persyarikatan Muhammadiyah untuk menarik dananya dari BSI, karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, untuk dipindahkan ke beberapa bank lainnya.
Muncul opini di masyarakat bahwa sudah saatnya Muhammadiyah mendirikan dan mengelola bank sendiri, karena aset finansialnya yang cukup banyak.
Opini tersebut mendapat respon bahwa gagasan untuk mendirikan Bank Syariah Muhammadiyah membuat para pemilik bank papan atas ketir-ketir. Jangan-jangan bila ide tersebut terealisasi, maka bukan hanya uang persyarikatan Muhammadiyah yang akan dipindahkan ke sana, tapi bisa jadi lembaga-lembaga, organisasi, maupun yayasan-yayasan lainnya akan memindahkan asetnya ke sana.
Sementara itu ditengarai oknum aktivis organisasi otonom Pemuda Muhammadiyah maupun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mendukung kedua putra Jokowi untuk menjadi Wakil Presiden dan Wakil Gubernur Jakarta.
Baca Juga: Jambore Anak Karangwaru Yogyakarta, Mengenalkan Lingkungan dan Seni Budaya Sejak Dini
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar berdasarkan Al-Quran dan Sunah shahihah dengan cita-cita mewujudkan baldatun thayyibatun warabbun ghafur – negeri makmur dalam lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun. (QS 34:15).
Tanda-tanda negeri demikian itu antara lain enak dilihat, rakyatnya senang dan makmur, dan mereka dapat menikmati karunia Allah swt Yang Maha Penyayang.
Menapaki abad kedua, Muhammadiyah mengelola lebih dari 7500 Sekolah/Madrasah, 175 Perguruan Tinggi, 475 Rumah Sakit, 315 Panti Asuhan, 55 Panti Jompo, 85 Rahabilitasi Cacat, 11.250 Masjid/Mushalla, Baitul Mal wat Tamwil, Koperasi, Minimarket, dan ribuan gedung serta tanah wakaf.
Dari waktu ke waktu Muhammadiyah dipimpin para tokoh zamannya. KHA Dahlan, 1912-1922, KH Ibrahim, 1923-1933, KH Hisyam, 1934-1936, KH Mas Mansyur, 1937-1941, Ki Bagus Hadikusumo, 1944-1953, Buya AR. Sutan Mansur, 1956-1959, H.M. Yunus Anis, 1959-1962, KH Ahmad Badawi, 1961-1965, KH Faqih Usman, 1968-1971, KH AR Fachruddin, 1971-1990, KH Ahmad Azhar Basyir, 1990-1995, Prof. Dr. H.M. Amien Rais, MA, 1995-1998, Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif, 1998-2005, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, 2005-2015, dan Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si., 2015 hingga sekarang.
Sebagai pendiri Muhammadiyah, KHA Dahlan menulis self reminder yang patut kita camkan. “Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar, dan peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya…”
“Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya…”
Khittah perjuangan KHA Dahlan,
“Tidak menduakan Muhammadiyah dengan organisasi lain.”
“Tidak dendam, tidak marah, dan tidak sakit hati jika dicela dan dikritik.”
“Tidak sombong dan tidak berbesar hati jika menerima pujian.”
“Mengorbankan harta benda, pikiran, dan tenaga dengan ikhlas dan murni.”
“Bersungguh hati terhadap pendirian.”
Spirit perjuangan KHA Dahlan, “Tidak ada kekuatan, daya, dan tenaga, di luar kekuasaan Allah. Tidak takut kepada manusia; hanya takut kepada Allah.”
Baca Juga: Love’s Nurani Hasan, Anak Penjual Rempeyek Lolos Tanpa Tes dan Kuliah Gratis di UGM
Pesan-pesan KHA Dahlan antara lain berikut ini:
“Mengingat keadaan tubuhku, kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakkusemua, sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian.”
“Aku juga berdoa, berkah dan keridhaan serta limpahan rahmat Ilahi agar Muhammadiyah tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi sleuruh umat manusia sepanjang sejarah dari zaman ke zaman.”
“Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Menjadilah dokter, sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah.”
“Pimpinan Muhammadiyah sebaiknya kyai yang intelektual atau intelektual yang kyai.”
“Memperbaiki urusan yang terlanjur salah dan disalahgunakan atau diselewengkan adalah kewajiban setiap manusia, terutama kewajiban umat Islam.”
“Aku berharap kepada seluruh umat yang berjiwa Islam akan selalu tetap mencintai junjungan Nabi Muhammad dengan mengamalkan segala tuntunan dan perintahnya.”
Baca Juga: SMA Muhi Yogyakarta Serahkan 48 Hewan Kurban kepada Sekolah, Instansi, dan Masjid
“Kemunduran umat Islam karena sebagian besar mereka terlalu jauh meninggalkan ajaran Islam, kemerosotan akhlak, sehingga penuh ketakutan seperti kambing, dan tidak lagi memiliki keberanian seperti harimau.”
“Aku terus memperbanyak amal dan berjuang bersama anak-anakmu sekalian untuk menegakkan akhlak dan moral yang sudah bengkok. Kusadari bahwa menegakkan akhlak dan moral serta berbagai persoalan Islam memang merupakan tugas berat dan sulit.”
“Jika kita terus bekerja dengan rajin disertai kesungguhan, kemauan keras, dan kesadaran tugas yang tinggi, maka insyaallah, Tuhan akan memberi jalan, dan pertolongan-Nya akan tiba.”
“Orang Islam sejati adalah yang tetap berdiri pada tempat yang benar meskipun dunia dalam keadaan kacau.”
Di antara kader-kader terbaik Muhammadiyah, Panglima Besar Jenderal Soedirman berpesan, “Insyaf, percaya, dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara dan bangsa, yang didirikan di atas pengorbanan harta benda dan jiwa raga, dari rakyat dan bangsa itu, insyaallah tidak dapat dilenyapkan manusia siapa pun juga. Dalam menghadapi keadaan yang bagaimanapun juga tetap jangan lengah, karena kelengahan dapat menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan kekalahan, kekalahan berarti penderitaan.”
Baca Juga: Candi Borobodur, Prambanan, dan Ratu Boko Diskon 30 Persen, Ini Cara dan Ketentuannya
Bung Karno berpesan, “Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Kata-kata ini bukan untuk Muhammadiyah saja, tetapi juga untuk saya.”
Dalam sebuah Pengajian Ramadhan KH AR Fachrudin ditanya mengapa manusia banyak yang berbuat dosa padahal setan-setan dibelenggu selama bulan Ramadhan. Beliau menjawab, “Ya, itulah manusia. Banyak yang lemah iman. Dengan setan dibelenggu saja kalah, apalagi melawan setan lepas-lepasan.”
KH Ahmad Azhar Basyir berpesan, “Ada tiga jenis manusia: manusia jahat, manusia biasa, dan manusia baik. Manusia jahat, sejak bangun tidur sudah berniat dan berbuat jahat. Sementara manusia biasa, tidak ingin berbuat dosa dan kejahatan, namun bila ia kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia tidak bisa menghindari. Sedangkan manusia baik sejak bangun pagi sudah berniat dan berbuat baik, dan jika kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia mampu menghindari.”
“Ada beberapa jenis kemarahan, namun kemarahan paling indah adalah kemarahan terhadap kebatilan. Ada beberapa jenis cinta, namun cinta pada kebenaran adalah cinta paling indah.”
HM Amien Rais mengemukakan pokok-pokok pikiran tentang Muhammadiyah dan perjuangan dakwah.
Insan Muhammadiyah adalah pribadi-pribadi yang selalu bekerja dengan ikhlas, tahan banting, dan insyaallah tahan kritik dan cemooh manusia, serta tahan godaan setan.
Baca Juga: Tips Menghadapi Tes Wawancara Lowongan Kerja di BUMN
“Hidup adalah ibadah sekaligus jihad. Dan mengorbankan harta/uang adalah yang paling berat dalam kehidupan. Allah memantau semua usaha keras kita, dan bahkan bersedia menjadi mitra kerja kita, bila kita bersungguh-sungguh. Jika kita terus-menerus mencari jalan keluar atas setiap masalah, maka Allah akan memberi jalan keluarnya. Ini sebuah sunatullah.
“Kita selalu berbuat dan bekerja lillahi ta’ala; untuk Allah Yang Maha Tinggi. Maka seluruh usaha dan pekerjaan kita harus bernilai tinggi, sukses, berdimensi rasional dan modern, gagah dan canggih, kompetitif dan menjanjikan kemenangan. Setiap mukmin harus mempunyai etos kerja yang selalu menghargai waktu dan disiplin.”
HA Syafii Maarif menulis, “Rendah hati adalah refleksi dari iman. Jika memang peradaban yang berwajah adil dan ramah yang dirindukan benar-benar telah dihadapkan kepada jalan buntu, maka iman kita mengatakan, bahwa langit pasti tidak akan tinggal diam untuk membela pilar-pilar keadilan dan kebenaran dengan cara dan mekanismenya sendiri. Save our soul, save our nation – selamatkan jiwa kami, selamatkan bangsa kami.”
Prof. Din Syamsuddin mencatat bahwa selama ini warga Muhammadiyah menggunakan istilah gerakan, dakwah, tajdid; trilogi gerakan yang disampaikan dalam training-training di Angkatan Muda Muhammadiyah, tetapi by design and by concept, apakah Muhammadiyah memenuhi syarat sebagai gerakan dalam tataran teoretis dan kemudian dilihat pada dataran empiris di lapangan.
Baca Juga: Pertamina Tambah 11,4 Juta Tabung LPG 3 Kg saat Libur Panjang Iduladha 2024
Gerakan itu lebih daripada sebuah organisasi. Organisasi lebih rapi, punya instrumen yang lebih rapi, serta mempunyai piranti-piranti lunak dan keras yang baik, dan juga ada proses organisasional yangp baik dengan prosedur dan mekanisme yang baik.
Sebuah gerakan lebih dari sekadar organisasi. Gerakan (harakah) paling tidak mengandung dua aspek utama, yaitu adanya proses sistematis-dinamis, dan sistem yang dinamis untuk mencapai tujua; atau dinamis yang sistematis. Itulah faktor utama untuk mencapai tujuan dalam suatu gerakan.
Muhammadiyah perlu menjelaskan sejelas-jelasnya apa tujuannya dalam satu blue print masyarakat ideal atau cita-cita sosial yang dimiliki. Muhammadiyah bertujuan mewujudkan masyarakat yang utama, sebagai perubahan dari masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam kasus mendirikan sebuah universitas, misalnya, aksi untuk beramal tinggi, tapi dimensi refleksinya kurang, yaitu dengan memikirkan fakultas apa yang ccocok dan perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
M. Din Syamsuddin menegaskan, “Hubungan antra penguasa dan rakyat bersifat kontraktual dan merupakan persoalan relasional yang mengandung arti adanya simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling membutuhkan antara dua pihak. Rapuhnya bangsa ini berpangkal dari keluarga. Karena itu sebagai gerakan perempuan, ‘Aisyiyah juga berorientasi sebagai gerakan kekeluargaan, di mana seorang ibu akan menyiapkan generasi yang lebih baik bagi masa yang akan datang.”
Selamat berjuang Muhammadiyah! []
*) Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta