BacaJogja – Banyak yang bilang belakangan ini orang sulit pekerjaan. Banyak mahasiswa setelah lulus susah diterima kerja. Sementara mahasiswa yang ikut program MBKM ternyata membantu mereka untuk lebih mudah mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Benarkah demikian?
Program MBKM menjadi salah satu bentuk upaya transformasi pendidikan tinggi dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul dan berkualitas. Pasalnya, keikutsertaan mahasiswa dalam program ini selain memberikan nilai tambah bagi mahasiswa dalam hal pengembangan kompetensi namun juga menambah wawasan mereka soal prospek dunia kerja.
Baca Juga: Seribu Perempuan Melawan Angin dan Ombak Memungut Sampah di Pantai Cemara Bantul
Tim Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Rr. Tur Nastiti, M.Si., Ph.D mengatakan, hasil riset Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menunjukkan mahasiswa yang berpartisipasi dalam program unggulan MBKM lebih mudah mencari pekerjaan.
“Hanya membutuhkan waktu 7,64 bulan untuk mendapatkan pekerjaan pertama, terhitung dari empat tahun masa studi,” katannya saat menjadi pembicara dalam Diskusi Pojok Bulaksumur yang bertajuk “Melanjutkan Transformasi Pendidikan Tinggi Melalui MBKM Mandiri” yang dilaksanakan pada Jumat (28/6) di Balairung dikutip dari laman UGM.
Nastiti menegaskan angka masa tunggu kerja ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata sebelumnya yang mencapai 10 bulan, hingga membuktikan adanya dampak positif dari program MBKM dalam mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja. “Temuan ini menunjukkan efektivitas program MBKM terhadap prospek kerja lulusan,” ujarnya.
Baca Juga: Pemkab Sleman Luncurkan Rumah Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman
Dosen FEB UGM ini mengatakan, selain itu, hasil survei lainnya menunjukkan bahwa sebanyak 33% program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) diikuti oleh peserta dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu memberikan ruang bagi mahasiswa yang termarjinalisasi untuk mengakses dan belajar untuk memperkuat jenjang karirnya maupun memberikan kebermanfaatan sosial.
Dia mengatakan, hal yang tidak kalah lebih penting yakni dosen juga harus membuka diri untuk immersive pattern learning. Sebab Mahasiswa harus diberikan kesempatan untuk belajar bukan hanya dari satu sumber saja, melainkan dari program lainnya.
Sekretaris Direktorat Pendidikan dan Pengajaran, Dr. Sigit Priyanta, S.Si., M.Kom., menuturkan Universitas Gadjah Mada berkomitmen dalam mendukung kebijakan MBKM melalui program flagship: Magang dan Studi Independen Bersertifikat, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Kampus Mengajar, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Wirausaha Merdeka hingga Praktisi Mengajar.
Baca Juga: Maxim Yogyakarta Luncurkan Layanan Delivery Xpress, Solusi Pengantaran Barang Lebih Cepat
Menurutnya, program MBKM telah memberikan hak bagi mahasiswa untuk belajar di luar program studi maupun di luar perguruan tinggi dengan berbagai program yang ada sehingga memberikan manfaat agia mahasiswa dalam hal peningkatan kompetensi dan penambahan jejaring.
Arya Yudhistira, mahasiswa program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, diterima magang di empat perusahaan sekaligus melalui program MSIB di tahun 2024 ini. Ia menyebutkan bahwa dapat mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya di FEB UGM dalam perusahaan magangnya, Huawei. Huawei juga menjadi salah satu dari 201 mitra yang highly committed dengan MSIB.
Chriselda Erina Dewi Winarto, mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Maluku yang menjadi peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Universitas Gadjah Mada berbagi cerita terkait dampak positif yaitu komunikasi lintas budaya.
“Saya merasa PMM itu menyatukan nusantara, dari Sabang hingga Merauke sehingga saya banyak belajar terkait banyak budaya melalui PMM di UGM ini,” ucap Erina. []