Malioboro dan Warisan Sastra, Mengenang Jejak Umbu Landu Paranggi di Yogyakarta

  • Whatsapp
Ngobrol umbu di Malioboro
Malioboro dan Warisan Sastra, Mengenang Umbu Landu Paranggi dalam Acara Istimewa di Yogyakarta (Istimewa)

BacaJogja – Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai pusat seni dan kebudayaan Indonesia, selalu memiliki tempat istimewa di hati para seniman dan sastrawan. Kota ini tak hanya melahirkan karya-karya berharga, tetapi juga menjadi panggung bagi seniman dari berbagai belahan tanah air untuk berkumpul, berdiskusi, dan menampilkan karya mereka.

Di tengah kekayaan budaya dan sejarah ini, satu nama yang tak terlupakan adalah Umbu Landu Paranggi (10 Agustus 1943 – 6 April 2021), yang dijuluki Presiden Malioboro. Umbu Landu Paranggi, seorang tokoh legendaris dalam dunia sastra, telah meninggalkan jejak yang mendalam di Yogyakarta.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Dari Gubuk Reot ke Tanah Suci: Kisah Mbah Slamet dan Umrah Paket Rakyat Dokter Sagiran

Untuk mengenang kontribusinya yang luar biasa, Koperasi Seniman dan Budayawan Yogyakarta bersama Ruma Sastra Evi Idawati, Baleseni Condroradono, dan Institut Kahade akan menggelar acara spesial pada hari Jumat, 9 Agustus 2024, di Yogya Library. Acara ini bertujuan untuk menghormati warisan Umbu dan meneguhkan kawasan Malioboro sebagai pusat sastra yang telah diakui UNESCO.

Yogyakarta, yang sering disebut sebagai miniatur Indonesia, memiliki kekayaan budaya yang melimpah. Sejak 1940-an, kota ini telah menjadi rumah bagi berbagai sanggar dan kelompok kesenian, baik di dalam maupun di luar kampus. Kehidupan kesenian Yogyakarta tidak hanya ditopang oleh kelompok-kelompok ini, tetapi juga oleh media cetak yang berkembang pesat, seperti majalah dan koran yang telah berkontribusi pada perkembangan sastra.

Baca Juga: Menjaga Keharmonisan Alam, Merti Kali Tepus Sleman Rayakan Hari Sungai Nasional 2024

Malioboro, sebagai salah satu ikon Yogyakarta, memiliki hubungan erat dengan kehidupan sastra. Di tahun 1950-an, “Sastrawan Malioboro” menjadi sebutan bagi mereka yang sering berdialog dan mempresentasikan karya mereka di ruas-ruas jalan tersebut. Pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an, Persada Studi Klub (PSK), yang dipimpin oleh Umbu Landu Paranggi, turut berperan penting dalam memperkenalkan penyair-penyair dari berbagai wilayah Indonesia.

Acara mengenang Umbu Landu Paranggi ini akan diisi oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Soeparno S Adhy Saabat, pendiri Persada Studi Klub; Rommy Heryanto, penggerak kebudayaan Yogyakarta Semesta; Evi Idawati, penyair perempuan; Priyo Salim, pengusaha dan budayawan Kotagede; Yuda Wirajaya, penyair disabilitas mahasiswa ISI Yogyakarta; serta Sarwanto H Swarso, youtuber Yogyakarta yang akan bertindak sebagai moderator.

Baca Juga: Ritual Jamasan 14 Pusaka untuk Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Kulon Progo

Sigit Sugito dari Institut Kahade mengatakan, acara ini bukan hanya sebuah upacara penghormatan, tetapi juga momentum untuk merayakan dan melestarikan warisan sastra yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Yogyakarta. “Dengan mengenang Umbu Landu Paranggi, kita tidak hanya menghargai sejarah, tetapi juga merenungkan bagaimana kita dapat terus mendukung dan mengembangkan kesenian dan sastra di masa depan,” katanya.

Kehadiran berbagai tokoh dan penggerak budaya dalam acara ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam melanjutkan tradisi dan semangat sastra yang telah diwariskan oleh Umbu Landu Paranggi. Saluran untuk perayaan dan refleksi ini juga akan mempertegas posisi Malioboro sebagai jantung kehidupan sastra di Indonesia. []

Related posts