BacaJogja – Civitas akademika UGM, mahasiswa dan dosen menggelar aksi menyalakan lilin di bawah pohon bodhi di depan halaman Balairung pada Senin, 26 Agustus 2024. Sejumlah elemen pro demokrasi juga turut hadir untuk merespons kondisi dinamika politik Indonesia terkini.
Koordinator aksi, Monica Ratna Theodora, aksi digelar sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi bangsa Indonesia, termasuk menyangkut peran pemerintah yang berusaha mengangkangi demokrasi dan konstitusi. Aksi ini juga tidak terlepas dari UU pemilu seperti diacak-acak dan mendekati pilkada.
Baca Juga: Sego Kulit Pak Sabar: Kuliner Lezat dan Murah Meriah di Yogyakarta, Hanya 15 Ribu!
Menurut dia, kondisi demokrasi Indonesia saat ini seakan berusaha dirampas dengan cara-cara yang tidak bermartabat. Pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi mempertontonkan pertunjukan yang kurang elok. “Demokrasi kita juga serasa dirampas,” katanya kepada awak media di sela aksi.
Sementara itu, Ketua Presidium Gerakan Perubahan Indonesia (GPI) Sri Samiasih yang turut hadir dalam aksi tersebut menyampaikan, selama empat ke depan, civil society di Yogyakarta melakukan aksi mengawal demokrasi dan konstitusi.
Baca Juga: Ribuan Massa Tumpah Ruah di Malioboro Desak DPR dan Pemerintah Patuhi Putusan MK
Menurut dia, besok pada Selasa 27 Agustus, rencananya aksi massa jalan kaki longmarch dari Parkir Abubakar Ali menuju Istana Kepresidanan Gedung Agung Yogyaarta. Pada Rabu 28 Agustus menggelar diskusi terbuka di Malioboro pukul 19 malam. “Sedangkan Rabu, 29 Agustus 2024 aksi massa dipusatkan di kantor KPU DIY,” katanya, Senin, 26 Agustus 2022.
Aksi penutup digelar di KPU karena pada tanggal 29 Agustus 2024 merupakan batas akhir pendafataran calon kepala daerah. “Kami ingin memastikan putusan MK nomor 60 dan 70 benar-benar dilaksanakan oleh KPU,” tegasnya.
Baca Juga: Gelombang Perlawanan dari Yogyakarta Tolak DPR Anulir Putusan MK
Pada kesempatan tersebut, Samiasih juga menyampaikan pesan dari sesepuh Yogyakarta Syukri Fadoli kepada peserta aksi selama kegiatan berlangsung. Syukri berpesan agar selama gerakan aksi harus dilakukan dengan damai nir tindakan anarkis. “Bagi yang muslim saat memasuki waktu salat untuk syiar dilakukan saat jamaah, diharapkan peserta membawa koran sebagai alas salat,” jelasnya.[]