Oleh: Dr. Martadani Noor, MA
Dekan Fisipol Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta
Regresi Demokrasi dan Dampaknya
Regresi demokrasi telah menjadi isu serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Fenomena ini merujuk pada penurunan kualitas demokrasi, yang ditandai dengan erosi nilai-nilai seperti kebebasan, kesetaraan, dan akuntabilitas. Bahkan, dalam beberapa kasus, negara yang sebelumnya demokratis beralih ke arah otoritarianisme.
Penurunan kualitas institusi demokrasi sering kali disertai dengan hilangnya kepercayaan publik terhadap proses politik. Masyarakat menjadi semakin terpolarisasi, konflik meningkat, dan partisipasi politik menurun. Fenomena populisme dan sentimen anti-elit juga mempercepat kemunduran demokrasi ini.
Kampus sebagai Benteng Demokrasi
Dalam situasi seperti ini, peran kampus menjadi sangat penting. Sebagai pusat intelektual, kampus memiliki kapasitas untuk menghidupkan kembali diskusi kritis dan membentuk kesadaran politik di kalangan mahasiswa. Namun, beberapa masalah internal, seperti kurangnya partisipasi mahasiswa, dominasi birokrasi kampus, dan lemahnya kebebasan berpendapat, menghambat kampus dalam menjalankan fungsinya sebagai ruang demokrasi yang aktif.
Membangun Kesadaran Kritis
Budaya kritis di kampus harus terus diperkuat untuk melawan regresi demokrasi. Penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap isu-isu sosial dan politik yang sedang berkembang. Diskusi terbuka, ruang dialog yang konstruktif, dan integritas akademik adalah elemen penting dalam menciptakan budaya kampus yang mampu merespons tantangan demokrasi dengan bijak.
Baca Juga: Layanan Akad Nikah Gratis dan Praktis di Mal Pelayanan Publik Yogyakarta
Kebebasan berpikir dan berpendapat harus dijaga agar mahasiswa memiliki ruang untuk mengekspresikan pandangan mereka. Kampus juga perlu mendorong penelitian yang mendalam terkait isu-isu krusial yang mempengaruhi demokrasi, serta menghasilkan perspektif baru yang inovatif.
Kontribusi Kampus terhadap Demokrasi
Kampus tidak hanya sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai ruang bagi mahasiswa untuk berkontribusi dalam demokrasi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh kampus dalam menghadapi tantangan regresi demokrasi antara lain:
1. Fasilitasi Diskusi Terbuka
Kampus perlu memfasilitasi debat terbuka yang mendorong partisipasi mahasiswa dalam membahas isu-isu demokrasi secara mendalam. Diskusi publik yang terbuka bisa menjadi platform untuk berbagi pandangan dan solusi.
Baca Juga: Kejar-kejaran Dramatis di Bantul: Polisi Tangkap 3 Maling Mobil Usai Aksi di Piyungan
2. Dorong Partisipasi Mahasiswa
Kampus harus mendorong mahasiswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan demokrasi, baik di kampus maupun di luar, seperti mengikuti seminar, diskusi panel, atau terlibat dalam gerakan sosial yang bertujuan memperkuat demokrasi.
3. Mengundang Narasumber Berkualitas
Kehadiran narasumber yang kompeten akan memberikan wawasan baru tentang tantangan demokrasi saat ini. Diskusi dengan tokoh-tokoh terkemuka dapat memperkaya pemahaman mahasiswa tentang kompleksitas politik.
4. Penelitian Transformatif
Kampus harus mendorong penelitian yang berfokus pada masalah sosial, politik, dan budaya yang berpotensi memperkuat demokrasi. Penelitian semacam ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan yang lebih demokratis.
Baca Juga: KAI Commuter Layani Lebih dari 5,8 Juta Penumpang Commuter Line Yogyakarta-Palur
5. Pengembangan Kepemimpinan
Melalui organisasi dan kegiatan di kampus, mahasiswa dapat mengasah kemampuan kepemimpinan yang penting untuk terlibat secara efektif dalam proses demokrasi. Kepemimpinan yang kuat dan kritis diperlukan untuk memastikan masa depan demokrasi yang berkelanjutan.
Aksi Nyata dalam Melawan Regresi Demokrasi
Kampus memiliki potensi besar untuk menjadi pusat diskusi dan pengembangan gagasan demokrasi. Mahasiswa harus didorong untuk tidak hanya berpikir kritis tetapi juga terlibat dalam aksi nyata. Mereka perlu aktif dalam gerakan-gerakan sosial yang bertujuan memperjuangkan keadilan dan menjaga nilai-nilai demokrasi.
Baca Juga: KAHMI Wonosobo Rayakan Milad ke-58: Zainal Ahmad Terpilih sebagai Ketua Baru
Sebagai pusat pendidikan, kampus juga memiliki tanggung jawab untuk mendorong masyarakat umum terlibat aktif dalam proses politik. Peningkatan partisipasi publik adalah kunci untuk memperkuat demokrasi, dan kampus harus menjadi katalisator dalam proses ini.
Penutup
Melawan regresi demokrasi bukanlah tugas yang mudah, namun dengan membangun budaya kritis di kampus, mendorong partisipasi aktif mahasiswa, dan memperkuat integritas akademik, tantangan ini dapat dihadapi dengan lebih baik. Kampus harus menjadi benteng terakhir bagi demokrasi, tempat di mana ide-ide besar dan solusi inovatif untuk memperkuat demokrasi dapat lahir dan berkembang.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Dies Natalis ke-42 Fisipol Universitas Widya Mataram, 4 Oktober 2024