Mengintip Proses Batik Sogan di Wijirejo Bantul, Karya Tangan yang Mewarnai Dunia

  • Whatsapp
batik wijirejo bantul
Proses pembuatan batik di Wijirejo Bantul. (Pemkab Bantul)

BacaJogja – Batik, salah satu warisan budaya tak benda (WBTb) yang telah diakui UNESCO, merupakan simbol kebanggaan bangsa Indonesia. Proses pembuatannya yang menggunakan teknik khas, serta filosofi mendalam di balik setiap motifnya, membuat batik tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna budaya.

Batik tulis dan cap adalah dua teknik yang telah diakui sebagai bentuk asli, sementara batik cetak atau printing tidak masuk dalam kategori ini. Pengakuan global terhadap batik menuntut kita untuk terus melestarikan warisan ini.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Nyore Hemat di Sleman, Suasana Santai dan Sunset Indah Tanpa Biaya

Salah satu daerah yang terkenal dengan produksi batiknya adalah Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Di sinilah, Eko Batik menjadi salah satu pengrajin yang berperan penting dalam melestarikan batik tradisional.

Eko, sang pemilik, telah menggeluti dunia batik sejak tahun 2014, dan ia memproduksi beragam jenis batik, termasuk batik tulis, cap, dan kombinasi. “Wijirejo terkenal dengan batik sogan, pewarnaan khas yang menjadi andalan kami,” ujar Eko dikutip dari laman Pemkab Bantul.

Baca Juga: Rundown Wayang Jogja Night Carnival Gatotkaca Wirajaya Senin 7 Oktober 2024

Sogan merujuk pada warna coklat tua yang berasal dari pewarna alami kayu pohon soga, sebuah teknik pewarnaan tradisional yang menambah keunikan batik Wijirejo. Warna sogan ini kerap dikaitkan dengan kesan elegan dan klasik, mencerminkan identitas kuat dari batik khas Bantul.

Tak hanya bertahan pada motif klasik, Eko juga memadukan motif batik tradisional dengan unsur modern. “Motif kombinasi klasik dan abstrak dengan warna cerah sangat laris. Batik ini tidak terlalu formal sehingga bisa dipakai untuk berbagai acara,” kata Eko.

batik bantul
Proses pembuatan batik di Wijirejo Bantul. (Pemkab Bantul)

Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, mulai dari Rp150.000 hingga Rp250.000 per kain berukuran dua meter.

Dalam menjalani usahanya, Eko mengakui banyak tantangan yang dihadapi, terutama dalam hal pewarnaan. “Di awal, kami bereksperimen dengan teknik pewarnaan secara autodidak,” tuturnya.

Baca Juga : Jogja Sehat: Baznas Yogyakarta Salurkan Voucher Belanja Gratis untuk Marbot dan Bantuan Panti Asuhan

Namun, semangatnya untuk terus belajar dan menciptakan variasi warna yang sesuai dengan karakteristik batik membuahkan hasil positif.

Eko Batik juga aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama generasi muda. Di showroom-nya yang berlokasi di Pedak, Wijirejo, Eko membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin belajar membatik dengan biaya Rp25.000 per orang.

Langkah ini dilakukan untuk menanamkan kecintaan terhadap batik dan menjaga keberlanjutan budaya yang sudah turun-temurun.

Baca Juga: Burger Makmur: Rajanya Kuliner Daging Ayam Enak di Tengah Kota Yogyakarta

Selain dijual secara langsung di showroom, produk Eko Batik juga dipasarkan secara daring melalui media sosial, memudahkan pelanggan dari berbagai daerah untuk mendapatkan batik khas Wijirejo.

Keberadaan Eko Batik di sentra batik Wijirejo, Bantul, tak hanya mempertahankan eksistensi batik sebagai warisan budaya, tetapi juga membuktikan bahwa batik dapat terus berkembang dan relevan di era modern. Kombinasi motif klasik dengan sentuhan inovatif dari Eko Batik, menjadikan batik Indonesia tetap hidup dan diminati, baik di dalam negeri maupun mancanegara. []

Related posts