BacaJogja – Jamu, warisan budaya asli Indonesia, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat selama berabad-abad. Diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, jamu bukan hanya sekadar minuman herbal yang bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga simbol kekayaan tradisi Indonesia.
Namun, seiring perkembangan zaman, kesadaran akan potensi jamu untuk dikembangkan di luar fungsinya sebagai minuman kesehatan masih terbilang rendah. Menanggapi hal ini, sekelompok seniman dari berbagai daerah berkolaborasi dalam sebuah pameran seni bertajuk Jejamuan Art Project di The Ratan Art Space, Bantul, Yogyakarta, dari 17 hingga 22 Oktober 2024.
Baca Juga: Kecelakaan Maut di Jalan Yogya-Wates, Dua Orang Meninggal Tertimpa Kontainer
Pameran yang digagas oleh Unit Seni Rupa Universitas Gadjah Mada (UGM) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan tradisi jamu serta mengeksplorasi potensi jamu dalam ranah seni. Dengan 23 karya seni yang dipajang, para seniman mencoba menghadirkan interpretasi visual terkait tantangan dan harapan terhadap perkembangan tradisi jamu di era modern.
Interpretasi Jamu dalam Seni
Salah satu karya yang menarik perhatian adalah lukisan Fears, Weakness, Hopes karya Stevy Noza. Karya ini menggambarkan dilema yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini: apakah jamu harus tetap dipertahankan ataukah ditinggalkan? “Lukisan ini menggambarkan sebotol jamu yang dipeluk seperti anak sendiri di dalam mata,” ungkap Noza, dikutip dari laman UGM.
Noza ingin menunjukkan bagaimana jamu seharusnya terus dirawat dan dicintai oleh masyarakat. Mata yang digambarkan seolah menangkap harapan bahwa jamu akan tetap bertahan sebagai simbol kesehatan dan tradisi di masa depan.
Baca Juga: Hadiri Deklarasi Akbar Jogja Melawan Miras di Masjid Jogokariyan
Umi Jari Widayah, dalam karyanya New Era of Jamu as Lifestyle with an Urban Touch, melihat jamu sebagai bagian dari gaya hidup modern. Umi menyoroti bagaimana jamu memiliki peluang untuk dikembangkan dengan sentuhan budaya urban, menciptakan gaya hidup sehat yang relevan dengan generasi muda.
Selain itu, karya mixed media The Burden of Ibuism karya Zia Esha Azhari Muzafar Shidiq menyentuh isu sosial yang lebih dalam. Karya ini mengkritik bagaimana perempuan sering kali diposisikan sebagai penjaga utama tradisi jamu, baik sebagai pembuat maupun penjual.
Zia menyajikan dua manekin, perempuan dengan kain bermotif jamu dan laki-laki dengan baju putih polos. “Manekin perempuan ini melambangkan tekanan sosial terhadap perempuan untuk menjaga tradisi, sementara manekin laki-laki yang kosong mencerminkan kurangnya peran laki-laki dalam pelestarian tradisi ini,” jelas Zia dalam deskripsinya.
Baca Juga: Keajaiban Alam Tersembunyi: Penemuan Gua Jutaan Tahun di Lokasi Proyek JJLS Gunungkidul
Lebih dari Sekadar Minuman: Jamu Sebagai Inspirasi Seni
Tidak hanya menampilkan karya seni, pameran ini juga melibatkan para seniman dalam mengenal lebih dekat kehidupan para perajin jamu. Salah satu panitia, M. Yusril Mirza, menjelaskan bahwa sebelum menciptakan karya-karya tersebut, para seniman diajak berkunjung ke kampung Gesikan, Desa Merdikorejo, Sleman, untuk berinteraksi langsung dengan para perajin jamu.
“Ada konsep ‘Temui, Kenali, Ekspresikan.’ Para seniman menemui perajin, mengenal lebih dalam proses pembuatan jamu dan tantangan yang mereka hadapi, lalu mengekspresikannya melalui karya seni,” jelas Yusril.
Baca Juga: Pameran Seni dan Bonsai di Loman Park Hotel Yogyakarta: Harmoni Kreativitas dan Alam
Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio (K), selaku pengampu Unit Seni Rupa UGM, mengapresiasi pameran ini sebagai langkah penting dalam mengembangkan tradisi jamu ke ranah yang lebih luas, termasuk seni rupa. “Pameran ini membuka cakrawala baru tentang bagaimana jamu bisa menjadi inspirasi bagi seni kontemporer, sekaligus memperkuat upaya pelestarian budaya.”
Pameran Jejamuan Art Project ini bukan hanya sekadar ruang pameran karya seni, tetapi juga menjadi ajang untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya mempertahankan dan mengembangkan tradisi jamu. Melalui seni, para seniman mengajak kita untuk melihat jamu tidak hanya sebagai minuman herbal, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya yang kaya dan relevan dengan perkembangan zaman. []