BacaJogja – Dalam rangkaian Hari Santri Nasional 2024, PW Fatayat NU, PW IPNU, dan PW IPPNU DIY menyelenggarakan talkshow bertema “Peran Ormas Keagamaan dalam Memperjuangkan Kelestarian Lingkungan.” Acara yang berlangsung pada Ahad, 27 Oktober 2024, di Kampung Mataraman Yogyakarta ini menghadirkan empat narasumber dengan keahlian berbeda yang mengupas isu lingkungan dari berbagai perspektif.
Para narasumber yang hadir di antaranya adalah Yuyun Sriwahyuni, Ph.D., staf pengajar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan fokus ilmu Global Gender Studies, Zaimatus Sa’diyah, Ph.D. Cand., staf pengajar IAIN Sunan Kudus yang mengkaji “Religion and Ecology,” Apt. Wahyudi Anggoro Jati, S.Farm., Kepala Desa Panggungharjo yang telah melakukan pengelolaan sampah di desanya, dan Ahmad Rahma Wardhana, M.Si., penulis buku “Fiqih Energi Terbarukan.”
Baca Juga: Pemda Tanggapi Aksi FUI DIY: Langkah Tegas untuk Stop Peredaran Miras di Yogyakarta
Ahmad Rahma Wardhana membuka talkshow dengan membahas buku “Fiqih Energi Terbarukan,” yang mengangkat urgensi energi ramah lingkungan sebagai solusi krisis lingkungan. Dia menyebutkan, “Penggunaan bahan bakar fosil, seperti batu bara yang menyumbang 33% emisi rumah kaca, perlu digantikan dengan energi terbarukan.”
Hal ini didukung oleh rekomendasi Muktamar NU ke-34 pada 2021, yang mendorong transisi energi guna mencapai target net zero emisi pada 2045. Ia mengingatkan, perubahan iklim tak hanya berdampak pada alam tetapi juga pada kesehatan global, karena semakin banyak bakteri yang menjadi resisten terhadap antibiotik.
Zaimatus Sa’diyah, Ph.D. Cand., mengungkapkan, agama memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran masyarakat tentang lingkungan. Ia menjelaskan bahwa manusia dan alam memiliki relasi simbiosis-mutualisme. Zaimatus mengutip pandangan Syaikh Ali Jum’ah tentang lingkungan sebagai cermin penghambaan manusia kepada Tuhan, di mana menjaga lingkungan berarti juga menghormati Sang Pencipta.
Baca Juga: Turnamen Mini Soccer 40+ di Piyungan Bantul: Tontonan Sepak Bola Lucu, Seru, dan Undang Tawa
Yuyun Sriwahyuni, Ph.D., menyoroti dampak kerusakan lingkungan yang lebih berat dirasakan oleh perempuan. “Di ranah domestik, perempuan lebih sering bersinggungan langsung dengan air dan makanan yang semakin sulit diakses akibat pencemaran lingkungan,” ujarnya.
Kerusakan ini juga memperparah beban kesehatan bagi perempuan, mengingat perempuan lebih banyak terlibat dalam aktivitas rumah tangga yang terpengaruh langsung oleh krisis lingkungan.
Apt. Wahyudi Anggoro Jati, Kepala Desa Panggungharjo, menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang efektif melalui pendekatan kolaboratif. Menurutnya, tiga aspek kunci dalam pengelolaan sampah mencakup pengelolaan di hulu, sistem pengelolaan yang terintegrasi, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
Baca Juga: Daftar Empat Pimpinan DPRD DIY Resmi Dilantik, Ini Pesan Sri Sultan
Wahyudi mengingatkan, jika tidak diatasi, dalam lima tahun kita akan menghadapi krisis air dan sepuluh tahun lagi krisis pangan.
Catatan Utama Talkshow: Lingkungan sebagai Titipan
Talkshow tersebut menghasilkan beberapa catatan penting, yaitu:
1. Krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini adalah hasil ulah manusia.
2. Jika tidak ada langkah konkret, lima tahun mendatang kita akan menghadapi krisis air, diikuti krisis pangan dalam sepuluh tahun berikutnya.
3. Perlu kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, ormas keagamaan, dan masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan.
4. Alam bukanlah warisan, tetapi titipan untuk generasi mendatang.
Dengan kolaborasi lintas sektor ini, diharapkan akan terbentuk kesadaran kolektif untuk memperjuangkan kelestarian lingkungan, agar dapat diwariskan dalam kondisi baik untuk generasi selanjutnya. []