Jembatan Pandansimo, Ikon Baru Yogyakarta di Atas Sungai Progo dengan Nuansa Budaya Lokal

  • Whatsapp
Jembatan Pandansimo
Jembatan Pandansimo di atas Sungai Progo menghubungkan Bantul dan Kulon Progo. (Istimiewa)

BacaJogja – Jembatan Pandansimo, yang membentang sepanjang 1,9 km di atas Sungai Progo, siap menjadi ikon baru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Didesain dengan pendekatan estetika yang menggabungkan elemen budaya lokal, jembatan ini menampilkan hiasan gunungan bermotif batik khas Yogyakarta di bagian tengah, simbol yang memiliki makna mendalam sebagai penghubung antara wilayah Bantul dan Kulon Progo.

Pembangunan infrastruktur kini tidak hanya fokus pada aspek fungsional, tetapi juga estetika dan budaya setempat. Pendekatan inilah yang diusung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam proyek Jembatan Pandansimo. Sebagai jembatan terpanjang di DIY dan ketiga terpanjang di Pulau Jawa setelah Jembatan Suramadu dan Pasopati, Jembatan Pandansimo menjadi contoh upaya integrasi budaya dalam pembangunan infrastruktur.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Waspada Hoaks! Informasi Lowongan Pendamping Lokal Desa (PLD) dengan Gaji Belasan Juta Rupiah

Dikutip dari laman indonesia.go.id, dibangunnya jembatan ini tidak hanya akan menghubungkan Kapanewon Srandakan di Kabupaten Bantul dengan Kapanewon Galur di Kulon Progo, tetapi juga akan menjadi penghubung strategis bagi jalur Pantai Selatan (Pansela) di DIY. Direncanakan beroperasi awal 2025, jembatan ini diharapkan akan memperkuat aksesibilitas dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi kawasan selatan Jawa.

Jembatan Srandakan III atau Jembatan Pandansimo juga menarik perhatian karena mengusung warna terracotta, warna merah bata yang terinspirasi dari makam raja-raja di Imogiri, serta dihiasi tanaman khas Pantai Selatan, seperti cemara udang, yang menambah daya tarik visualnya.

Konstruksi jembatan ini menggunakan teknologi terkini dengan nilai kontrak Rp814 miliar. Jembatan ini memiliki panjang 1.900 meter, terdiri dari jalan pendekat, slab on pile, dan jembatan utama dengan tipe multiarch bridge yang menggunakan corrugated steel plate dan mortar busa.

Baca Juga: Kasongan, Desa Gerabah di Bantul yang Kini Populerkan Kerajinan Kipas dan Topi Batik Unik

Selain mengutamakan keamanan, Jembatan Pandansimo juga mengakomodasi kebutuhan pejalan kaki. Di sepanjang jalur pedestrian pada sisi kanan dan kiri jembatan, tersedia anjungan khusus bagi pejalan kaki untuk berhenti dan menikmati keindahan Sungai Progo. Kehadiran fasilitas ini menunjukkan perhatian yang lebih kepada pejalan kaki, menjadikan jembatan ini tak hanya sebagai sarana mobilitas tetapi juga destinasi wisata.

Namun, pembangunan Jembatan Pandansimo di lahan berpasir dan dekat dengan pusat gempa Sesar Opak, menuntut ketahanan khusus terhadap risiko likuifaksi. Untuk itu, teknologi lead rubber bearing (LRB) diimplementasikan agar jembatan mampu menahan pergerakan tanah selama gempa.

Baca Juga: De Flava: Resto Ramah Lingkungan di Gunungkidul yang Mengusung Konsep Berkelanjutan

Jembatan Pandansimo, sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), diharapkan memperkuat konektivitas di wilayah selatan Pulau Jawa. Bentang jembatan ini akan menghubungkan koridor selatan dari Banten hingga Jawa Timur, sekaligus mempercepat pemerataan pembangunan ekonomi di sepanjang jalur tersebut.

Kehadiran Jembatan Pandansimo tidak hanya menciptakan akses baru bagi masyarakat, tetapi juga menjadi simbol inovasi yang menyatukan elemen budaya, estetika, dan infrastruktur modern. Harapannya, jembatan ini akan menjadi ikon yang memacu pertumbuhan pariwisata dan ekonomi serta menjadi pintu bagi berbagai peluang baru di kawasan selatan Yogyakarta. []

Related posts