Inspirasi Lurah Temuwuh Bantul: Dorong Warga Menuju Tanah Suci dengan Semangat Tabungan dan Arisan Umrah

  • Whatsapp
jemaah umrah
Llurah Temuwuh Suratno saat berfoto bersama di komplek Masjid Quba. (Istimewa)

BacaJogja – Lurah Desa Temuwuh, Dlingo, Bantul, H. Suratno, memiliki cara unik dalam mewujudkan keinginannya untuk pergi ke Tanah Suci bersama sang istri, Hj. Tri Budi Lestari. Ia menabung setiap hari dan mengajak ratusan masyarakat di kalurahannya untuk mengikuti jejaknya.

Tekadnya untuk menghantarkan masyarakat Dlingo, daerah yang dulu dikenal tandus, menuju Tanah Suci, baik untuk berumrah maupun berhaji, selalu menginspirasi setelah beberapa kali mengikuti program umrah bersama Latifa Haramain yang dibimbing oleh Dr. dr. H. Sagiran, Sp.B (KL), M.Kes.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Inovasi Dodika Incinerator Hadir di Yogyakarta: Solusi Baru untuk Mengolah 50 Ton Sampah per Hari

Salah satu pesan yang sangat membekas di hati Suratno adalah bahwa memotivasi orang untuk ke Tanah Suci memiliki pahala besar, setara dengan pahala perjalanan itu sendiri. “Saya selalu termotivasi oleh pesan abah, maka saya ajak warga saya untuk berniat ke Tanah Suci. Pasti bisa, walau tantangannya besar,” ungkap lurah yang berprestasi ini.

Suratno, yang juga seorang pengusaha, turut mendampingi 30 jamaah Latifa Haramain dengan paket perjalanan 12 hari yang dimulai pada 10 November 2024, di mana Ustadz H. Abdul Aziz berperan sebagai mutawif (pembimbing ibadah). Untuk mendorong warga mewujudkan mimpi ke Tanah Suci Mekkah dan Madinah, ia menggunakan berbagai cara, di antaranya dengan program arisan umroh, tabungan umrah, hingga hadiah umrah.

Baca Juga: Pameran Seni Rupa di Hotel Grand Rohan Resmi Dibuka: Angkat Keindahan Warisan Budaya Yogyakarta

Anak-anak perantauan dari Temuwuh Dlingo merasa sangat bahagia saat bisa memberikan hadiah umroh kepada orang tua yang telah sepuh, sehingga mereka dapat menyempurnakan rukun Islam yang selama ini diidamkan. Upaya ini menjadi momen haru dan bahagia, terutama dengan dana sekitar Rp30 juta, mereka bisa mewujudkan mimpi tersebut. Dalam pepatah Jawa, tindakan ini disebut “mikul dhuwur mendem jero” — mengangkat derajat orang tua setinggi-tingginya.

jemaah umrah jogja
Rombongan umrah dari biro Latifa Haramain. (Istimewa)

Selain itu, ada cerita unik dari seorang jamaah yang berangkat umrah berdua dengan dana hasil menjual satu pohon sonokeling miliknya. Pergi ke Tanah Suci bermodal pohon ini menjadi kisah inspiratif, mengingat doa para leluhur ketika menanam pohon tersebut agar kelak bisa membawa kebahagiaan bagi keturunannya.

Terbukti, satu pohon dapat membawa dua orang ke Tanah Suci, dan hasil penjualannya masih cukup untuk sedekah dan reboisasi dengan menanam kembali pohon sebagai bentuk terima kasih kepada alam.

Suratno Lurah Temuwuh, menyatakan, hidup sekali harus terus memberi manfaat diantaranya memotivasi dirinya, keluarganya dan masyarakat untuk bercita-cita ke Tanah Suci.

Baca Juga: Mengapa Kasultanan Yogyakarta Gugat PT KAI Seribu Rupiah?

Menurut Abah Dr. Sagiran, perjalanan umrah atau haji adalah panggilan Ilahi. Ia selalu berpesan bahwa setiap Muslim, tanpa memandang pangkat atau jabatan, harus memiliki cita-cita untuk ke Tanah Suci guna menyempurnakan rukun Islam kelima.

“Ke Tanah Suci adalah bentuk penghambaan diri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan perjalanan ini adalah proses metamorfosis menjadi pribadi yang lebih baik, bertakwa, dan lebih bermanfaat bagi umat,” ujar ahli bedah yang hafal Al-Qur’an ini.

“Pak Ratno adalah salah satu lurah yang gigih memotivasi masyarakatnya untuk menyempurnakan hidup,” tambahnya. []

Related posts