BacaJogja – Aula Dinas Pendidikan Kota Magelang di Jalan Sentot Ali Basyah, Rabu, 8 Januari 2025, menjadi tempat penyelenggaraan Kajian dan Apresiasi Seni Budaya Samawa #17, sebuah acara yang memadukan seni budaya dengan pendidikan karakter. Acara ini diadakan oleh Pengurus Pusat Komunitas Seni Budaya Profetik (Kosbatik) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Magelang dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Magelang.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin selapanan Kosbatik yang bertujuan untuk mengkaji dan mengapresiasi karya-karya seni budaya profetik. Dalam sambutannya, Sanny Budi Tjahjono, Staf Ahli Walikota Magelang sekaligus Sekretaris ICMI Orda Magelang, mengapresiasi penyelenggaraan acara ini di Kota Magelang.
“Kami ucapkan selamat datang kepada peserta di Kota Magelang. Terima kasih kepada Pengurus Pusat Kosbatik atas kepercayaannya kepada kami sebagai penyelenggara. Semoga acara ini dapat memberikan wawasan baru mengenai pendidikan karakter siswa melalui pendekatan seni budaya,” ungkap Sanny.
Baca Juga: Harga Cabai Tembus Rp 100.000 di Yogyakarta: Dampak, Penyebab, dan Harapan Pemulihan
Sanny juga menambahkan bahwa pembahasan tentang Jenderal Soedirman dalam kegiatan ini sangat relevan, mengingat Januari adalah bulan kelahiran sekaligus wafatnya Jenderal Soedirman. Jenderal Soedirman wafat di Kota Magelang pada 29 Januari 1950.
Ceramah Inspiratif oleh Prof. Dr. H. Nur Sahid, M.Hum.
Sesi utama acara ini diisi oleh ceramah Prof. Dr. H. Nur Sahid, M.Hum., Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ISI Yogyakarta. Dalam ceramah berjudul “Menghidupkan Pendidikan Karakter Melalui Seni Budaya Profetik”, Prof. Nur Sahid menekankan pentingnya seni budaya sebagai media pembentukan karakter generasi muda.
Salah satu topik utama yang dibahas adalah alih wahana perjuangan Jenderal Soedirman ke dalam format pertunjukan wayang beber kontemporer. Prof. Nur Sahid mengungkapkan bahwa generasi sekarang kurang mengenal pahlawan nasional, kecuali sebagai nama jalan atau bandara.
Baca Juga: Begini Program Makan Bergizi Gratis di Yogyakarta: Pilot Project di Gunungkidul dan Sleman
“Wayang beber kontemporer dapat menjadi media hiburan sekaligus pendidikan karakter bagi siswa, khususnya di tingkat SD. Dengan cara ini, kita dapat menyampaikan nilai-nilai perjuangan kepada generasi muda dalam bentuk yang lebih interaktif dan inspiratif,” jelasnya.
Pendapat Peserta: Perspektif Dr. Habib Chirzin
Salah satu peserta, Dr. Habib Chirzin, seorang tokoh perdamaian dunia, memberikan tanggapan positif terhadap kegiatan ini.
“Pendekatan seni budaya dalam pendidikan karakter sangat relevan di era sekarang. Seni budaya profetik seperti ini dapat menjadi alat yang efektif untuk menyentuh hati dan pikiran siswa, membangun karakter bangsa,” tuturnya.
Selain Habib Chirzin, hadir pula Imam Baihaqi, S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang; Nurwiyono, M.Pd., Kepala Bidang Perpustakaan Kota Magelang; Dr. Nur Iswantara, Ketua Pengurus Pusat Kosbatik; serta Prof. Dr. Tjahjo Jusuf, Rektor Universitas Tidar Periode 2007–2018. Sejumlah seniman dan pegiat seni, seperti Agus Amarulloh, Mustofa W. Hasyim, dan Kelik M. Nugroho, turut hadir memeriahkan acara.
Diskusi Interaktif: Menyatukan Seni dan Karakter
Acara diawali dengan sambutan oleh Imam Baihaqi, S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, yang menyoroti kurang jelasnya arah pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka. Menurutnya, materi pelajaran yang tematik membuat sejarah dan pendidikan Pancasila tidak mendalam.
Diskusi interaktif yang melibatkan para peserta dan pembicara memperkaya pemahaman tentang seni budaya profetik dan membuka peluang kolaborasi antara Kosbatik dan komunitas di berbagai daerah.
Sebagai penghormatan kepada Dr. Habib Chirzin yang berulang tahun ke-76 pada 8 Januari 2025, panitia memberikan kejutan berupa sajian tumpeng. Kajian dan Apresiasi Seni Budaya Samawa #17 menjadi momentum penting untuk memadukan seni budaya dengan pendidikan karakter, membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. []